Bedakan Ustadz dan Dukun Zaman Now; Liputan Kontributor PWMU.CO Gresik Muhammad Khoirum
PWMU.CO – Majelis Tabligh Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Sekapuk mengadakan pengajian rutin bulanan—setiap Ahad kedua—di Masjid al-Azhar Sekapuk, Ujungpangkah. Sebanyak 75 jamaah dari PRM Ujungpangkah, Sidayu, dan Panceng antusias mengikutinya, Ahad (11/6/22) pagi.
Penceramahnya Ustadz Rusiyan MPd. Guru MTs Muhammadiyah 6 Banyutengah itu mengaku hatinya terenyuh. Sebab dirinya dan para jamaah bisa hadir di masjid dalam keadaan sehat, sementara di gedung sebelah—Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Sekapuk—ada pasien sakit sedang rawat inap.
Dia kemudian mengisahkan orang dengan sakit ginjal. “Mencari donor ginjal dan sanggup membayar satu miliar rupiah, tetapi tidak ada satu pun orang bersedia menjual ginjalnya,” ujarnya.
Maka, sebelum menerangkan materi utama, dia menegaskan mahalnya nilai kesehatan yang seringkali lupa disyukuri. “Maka nikmat Tuhanmu yang mana yang kau dustakan?” ucapnya menukil terjemahan ar-Rahman ayat 13.
Kisah lainnya, ada orang tua sedang sakit saluran kencing dan perlu tindakan operasi. “Alhamdulillah berhasil dan bisa kencing seperti semula. Saat ada tagihan biaya rumah sakit, orang tua itu malah menangis. Bukan karena banyaknya biaya sebesar 80 juta tapi karena tidak pernah bersyukur akan nikmat kesehatan,” terangnya.
Ikhtiar-Tawakal untuk Rezeki
Rusiyan menegaskan, Allah SWT tidak pernah menagih pemberian nikmat-Nya. “Maka dengan kajian ini kita diingatkan agar banyak bersyukur, banyak membaca istighfar,” tuturnya.
Dia menyarankan membaca istighfar dan tahlil sebanyak seratus kali setelah Tahajjud dan bakda Subuh. “Setelah itu, carilah rizki sesuai dengan kemampuanmu, itulah salah satu cara bersyukur!” imbuhnya.
Kemudian Rusiyan mengungkap perbedaan pendapat Imam Malik dan Imam Syafi’i. Imam Malik berpendapat, dengan bertawakal saja dapat menghasilkan rezeki. Sementara Imam Syafi’i berpendapat, dengan berikhtiar baru mendapatkan rezeki.
Dia mengisahkan, “Suatu hari Imam Syafi’i membantu seseorang petani yang sedang panen anggur. Saat sudah selesai panen, Imam Syafi’i mendapatkan upah berupa anggur sebagai balasan telah membantu petani tersebut.”
Kemudian dia mendatangi gurunya, Imam Malik, sambil membawa anggur. Dia berikan kepada sang guru sambil menyatakan, berkat ikhtiarnya maka dia mendapat rezeki itu.
Imam Malik menjawab, “Melalui tawakal juga bisa mendapatkan rezeki. Seperti contoh hari ini, mendapatkan anggur walau hanya di rumah saja.”
Baca sambungan di halaman 2: Ustadz Vs Dukun Zaman Now