Antrean Lama Zulhas
Zulkifli Hasan (Zulhas) sudah lama mengambil nomor anteran dan dengan sabar menunggu di depan pintu. Berbulan-bulan mengantre akhirnya gilirannya sampai juga. Di bawah kepemimpinan Zulhas Partai Amanat Nasional (PAN) bertransformasi menjadi partai yang paling setia kepada Jokowi. Bergabungnya PAN dalam koalisi dini bersama Golkar dan PPP (Partai Persatuan Pembangunan) pun kabarnya untuk menyiapkan sekoci untuk calon yang bakal direstui Jokowi.
Ketika memutuskan bergabung dengan koalisi parpol pendukung Jokowi PAN menyatakan bahwa dukungan itu tanpa syarat. Tentu pernyataan ini adalah retorika politik karena tidak akan ada makan siang yang gratis. Zulhas sudah menunjukkan kesetiaan yang tinggi kepada Jokowi. Hal itu dibuktikannya dengan menyingkirkan Amien Rais–mentor dan (bekas) besannya sendiri—dari PAN.
Semua orang tahu, PAN identik dengan Amien Rais. Menyingkirkan Amien Rais dari PAN ‘’simply unthinkable’’, tidak terbayangkan, bagi kebanyakan politisi. Tapi Zulhas berani mengambil risiko mendongkel Amien Rais at all cost, dengan risiko apapun. Meskipun tidak mengirim tagihan ke Istana tetapi Jokowi tentu tahu diri dan menunggu saat yang tepat untuk memberi reward sebagai hadiah kesetiaan Zulhas.
Posisi sebagai menteri perdagangan yang diberikan kepada Zulhas agak di luar prediksi. Semula ada spekulasi Zulhas akan menggeser posisi Menko PMK Muhadjir Effendi yang menjadi representasi Muhammadiyah. Pergeseran ini tidak terlalu berisiko karena Zulhas adalah kader Muhammadiyah. Dan selama ini Zulhas sangat aktif merapat ke Muhammadiyah baik di pusat maupun di daerah-daerah, sebagai upaya untuk mempersempit ruang gerak Partai Ummat besutan Amien Rais yang juga membidik konstituen Muhammadiyah.
Krisis minyak goreng yang berkepanjangan memberi alasan yang perfek bagi Jokowi untuk menggusur Muhammad Lutfi dari kursi menteri perdagangan. Menggeser Lutfi tidak ada risiko politik yang berarti karena Lutfi tidak berafiliasi dengan partai politik. Jokowi justru bisa mendapatkan simpati publik karena selama ini Lutfi dianggap tidak kapabel dalam menangani krisis minyak goreng.
Justru Jokowi mengambil risiko dengan mengoper jabatan ini kepada Zulhas, karena posisi ini bisa disebut sebagai kursi panas. Sebelum mengangkat Lutfi, posisi menteri perdagangan diduduki oleh Agus Suparmanto kader PKB (Partai Kebangkitan Bangsa). Ternyata Agus tidak bertahan lama dan menjadi korban resafel digantikan oleh Lutfi.
Banyak yang menduga kursi mendag akan diisi oleh profesional. Tetapi Jokowi memilih langkah balik kucing dengan mengembalikan kursi itu kepada parpol pendukung. Dengan menunjuk Zulhas, utang politik Jokowi sudah terlunasi dan kesetiaan Zulhas kepada Jokowi sudah terbayar impas.
Zulhas dianggap sebagai pilihan terbaik karena berpengalaman di pemerintahan. Ia sangat berpengalaman sebagai anggota DPR dua periode dan pernah menjabat sebagai menteri kehutanan di era pemerintahan SBY. Kemudian Zulhas bisa menjadi ketua MPR meski partainya bisa disebut sebagai minoritas.
Sebelum masuk dunia politik Zulhas ialah seorang pedagang yang ulet. Ia berjualan panci dan perlatan masak dari pintu ke pintu. Keuletannya membuatnya mampu mendirikan pabrik panci sendiri. Pengalaman menjadi pedagang panci itu yang diandalkan Zulhas untuk menjadi menteri perdagangan. Tantangan riil bagi Zulhas sangat nyata di depan mata, yaitu membereskan tata niaga minyak goreng dan menghadapi kartel perdagangan kelapa sawit yang menggurita.
Happy Ending
Nama-nama lain yang muncul dalam resafel kali ini adalah nama-nama figuran yang memainkan peran penggembira. Ada Raja Juli Antoni dari PSI (Partai Solidaritas Indonesia) yang mendapat hadiah hiburan menjadi wakil Hadi Tjahjanto di kementerian agrarian. Gerindra mendapat jatah tambahan wakil menteri koperasi. Rahayu Saraswati Djojohadikusumo, keponakan Prabowo Subianto ditunjuk untuk menduduki posisi itu. Partai gurem seperti PBB (Partai Bulan Bintang) juga mendapat jatah wakil menteri.
Serial sinetron resafel kabinet berakhir happy ending, setidaknya bagi Jokowi dan pendukung-pendukungnya. Kocok ulang kabinet ini terlihat sebagai upaya Jokowi untuk memperkuat posisinya menjelang suksesi 2024. Secara keseluruhan partai-partai pendukung bisa bernafas lega. Yang sudah kebagian jatah tidak dikurangi, dan yang belum dapat jatah sudah kebagian.
Jokowi kembali menunjukkan kecerdikannya dalam memainkan bidak-bidak catur dan menempatkan orang-orang pilihannya di posisi masing-masing. Jokowi masih punya cukup stok kursi untuk menampung siapa saja yang belum kebagian. Ia masih punya cadangan beberapa kursi wakil menteri yang belum terisi.
Joko Widodo terbukti piawai memaikan politik mebel, dengan menciptakan banyak kursi dan membagi-bagikannya kepada para pendukungnya. (*)
Resafel Kabinet dan Politik Mebel ala Jokowi; Editor Mohammad Nurfatoni