Rahasia sang ‘Pelukis dengan Kaki’ Tampil Percaya Diri; Liputan Kontributor PWMU.CO Gresik Sayyidah Nuriyah.
PWMU.CO – Sekitar 300 siswa kelas I dan II berkumpul di Lapangan Futsal SD Mugeb, Rabu (15/6/22) pagi. Mereka bersiap mengikuti program Fun and Happy with Kak Aam. Kak Aam ialah panggilan akrab Muhammad Amanatullah, pelukis pakai kaki yang bergabung dalam organisasi internasional Association of Mouth and Foot Painting Artists (AMFPA).
Sementara itu, giliran gelombang dua yaitu siswa kelas III-V terjadwal mengikuti kegiatan yang sama pada Kamis (16/6/22). Kepala SD Mugeb M Nor Qomari mengajak mereka belajar mewarnai dengan ahlinya: Kak Aam. Ari—sapaannya—menegaskan, “Kalian mewarnai pakai tangan, Kak Aam mewarnai pakai kaki.”
Dia lantas mengutip motto Aam untuk menjelaskan kondisi pelukis difabel berprestasi itu, “Allah boleh mengambil tangan atau sebagian dari tubuh saya, tapi Allah tidak mengambil iman dan Islam saya.” Dengan semangat Aam tersebut, Ari mengimbau, “Bantu dengan donasi terbaik supaya Kak Aam bisa bawa sepeda terbaru!”
Kepada para siswa yang duduk di depannya, Aam dengan santai menyatakan, “Tangannya disimpan sama Allah. Kamu yang punya tangan jangan memukul, semua teman itu saudara!”
Baca Berita Terkait: Bantu ‘Pelukis dengan Kaki’ Punya Sepeda Elektrik, SD Mugeb Gelar Pameran
Praktikkan Tips Juara Mewarnai
Di lapangan futsal itu, para guru sigap membagikan lembar yang sudah ada gambar pemandangan. Aam kemudian memandu siswa mewarnainya bagian demi bagian. “Kita warna langitnya dulu,” ajaknya.
Aam berbagi tips mewarnai langitnya. Yakni dimulai dari warna yang lebih gelap. “Kalau lomba, pakai warna yang tua baru tambah muda, tambah muda,” tutur pria yang mengandalkan sepeda biru khususnya untuk berjalan jarak jauh itu.
Dia mencontohkan, di bawah langit biru muda, dia warnai dengan krayon putih. “Kanan ke kiri boleh, ke atas boleh, diputar-putar boleh!” imbuhnya.
Aam lantas mengajak siswa beralih mewarnai gunung. “Kita ikuti garis gunung. Pelan-pelan, pelan-pelan,” ujar mahasiswa berprestasi yang menerima beasiswa itu.
Dia juga mengajak siswa mengombinasikan warna abu-abu dan hijau untuk gambar gunung. “Kalau lihat gunung dari jauh warna apa? Betul, abu-abu. Tapi kalau dari dekat warnanya hijau,” jelas dia mengapa mengombinasikan dua warna itu.
Aam lanjut menerangkan penerapan pencahayaan. “Kita lihat dulu cahayanya dari mana. Kalian duduk sekarang cahayanya dari mana?” tanyanya.
Para siswa kompak menunjuk atas atap lapangan futsal. Sehingga Aam menekankan, gambar yang bawah digelapkan karena tertutup sama bagian atasnya. “Bawahnya kasih abu-abu tua,” imbaunya
“Sekarang ambil abu-abu muda, kita warnai atasnya abu-abu tadi. Gradasi seperti langit!” tegasnya dengan nada ramah.
Ketika ada siswa bertanya bagaimana jika dia hanya punya satu warna krayon abu-abu, Aam menyarankannya memakai warna putih. Dia juga mengajak siswa berpikir kritis mengapa dia mengajak mereka mewarnai rumput dengan krayon oranye.
“Kenapa warna tumbuhannya nggak hijau? Itu karena terlihat dari jauh dan terkena matahari. Kita kasih warna merah dulu, baru bawahnya oranye, lalu kuning,” jelasnya.
Tak jauh dari Aam, Raditya Surya Hendrastono dan Fatih Asyraff Putrahendi dari kelas II Crissan berusaha mengikuti arahan Aam. Mereka kompak bertanya kepada guru pendampingnya, “Warna oranye yang ini boleh, ustadzah?”
Radit mengacungkan krayon warna oranye tua, sementara Fatih mengacungkan warna lebih muda. Asmaul Khusnah SPdI pun mengangguk, meyakinkan dua siswanya itu.
Meski tangan kiri Fatih cedera, dia tetap semangat mengikuti petunjuk Aam. Begitupula para siswa lainnya. Penjelasan Aam sukses menyedot perhatian mereka.
Baca sambungan di halaman 2: Rahasia Percaya Diri