Membangun Keluarga Sakinah
Strategi kedua yaitu pembinaan keluarga sakinah, yang merupakan salah satu program prioritas Aisyiyah.
“Keluarga merupakan tempat persemaian, pengembangan, dan pembinaan generasi penerus bangsa. Padahal tantangan yang menghadang pada era keterbukaan dan kebebasan informasi sungguh berat,” terangnya.
Ia pun mencontohkan beberapa kasus yang mencerminkan rapuhnya sebuah keluarga yang menjadi dampak dari tidak adanya pembinaan keluarga sakinah di tengah-tengah masyarakat.
Di antaranya ketika ada anak yang menjadi korban keretakan rumah tangga orang tuanya sehingga berdampak pada perkembangan akademik maupun psikologis anak tersebut.
“Jadi broken home, perselingkuhan, itu tidak mengenal latar belakang pendidikan, usia, gender ataupun status sosial tertentu, itu bisa terjadi di semua kalangan. Dan itu terjadi ketika tidak ada perhatian khusus pada pembentukan keluarga sakinah. Itulah mengapa Aisyiyah konsen dalam pembinaan keluarga sakinah ini,” jelasnya.
Ia lalu mengutip surat at-Tahrim ayat 6: “Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”
Strategi gerakan perempuan berkemajuan selanjutnya ialah reaktualisasi usaha praksis.
“Salah satu kekuatan Aisyiyah adalah adanya berbagai usaha praksis yang terwujud dalam kegiatan pendidikan, kesehatan, pelayanan sosial, ekonomi, masyarakat, kesadaran hukum, pendidikan kewargaan, dan penguatan jamaah di basis akar rumput,” terangnya.
Adapun strategi perempuan berkemajuan berupa peran keumatan, kemanusiaan dan kebangsaan, diperlukan karena permasalahan bangsa Indosesia secara umum juga sangat komplek, sehingga memerlukan perhatian khusus.
“Di samping itu ada kelompok masyarakat usia lanjut (lansia), dan masyarakat berkebutuhan khusus atau difabel yang juga memerlukan perhatian khusus. Oleh karena itu Aisyiyah diharapkan bisa memberikan perannya,” jelasnya.
Syarat Perempuan Berkemajuan
Berkaitan dengan visi perempuan berkemajuan yang dirancang oleh Aisyiyah, Idha menjabarkan beberapa syarat perempuan berkemajuan. Hal ini ia kutip dari Prof Dr Siti Chamamah Soeratno, mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Aisyiyah periode 2000-2005 dan 2005-2010.
“Enam syarat perempuan berkemajuan di antaranya adalah memiliki integritas, mempunyai komitmen, memiliki militansi, mempunyai daya juang solidaritas atau ukhuwah, memiliki wawasan luas atau pandangan dunia Islami, dan memiliki profesionalitas berbasis ideologi gerakan,” urainya.
Idha menegaskan enam syarat—bisa dikatakan sebagai ciri perempuan berkemajuan yang dipaparkan oleh Prof Chamamah Soeratno—adalah sejalah dengan nilai-nilai di dalam al-Qur’an.
Nilai integritas, sesuai dengan surat ash-Shaf ayat 2-3; komitmen perjuangan sesuai dengan surat as-Saff 4 dan 11; nilai militansi sesuai dengan surat Ash-Shaf ayat 14 dan At-Taubah ayat 41; memiliki wawasan luas sesuai dengan surat Al-Alaq ayat 1-5 dan al-Mujadilah ayat 11.
Dan nilai profesionalitas sesuai dengan hadis Rasulullah SAW:
“Jika amanat telah disia-siakan, tunggu saja kehancuran terjadi.” Ada seorang sahabat bertanya; ‘Bagaimana maksud amanat disia-siakan?” Nabi menjawa, ‘Jika urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah kehancuran itu.’” (HR Bukhari).
Editor Mohammad Nurfatoni