Pujian Din Syamsuddin untuk STIQSI Al-Islah Lamongan, liputan Alfain Jalaluddin Ramadlan, kontributor PWMU.CO Lamongan.
PWMU.CO – STIQSI Al-Ishlah Paciran Lamongan ini unik dan mengandung inovasi, karena menghubungkan al-Quran dengan sains.
Prof M Din Syamsuddin menyampaikan pujian itu dalam wisuda perdana Sekolah Tinggi Ilmu Al-Quran dan Sains (STIQSI) yang dilaksanakan di komplek Ponpes Al Ishlah Sendangagung, Paciran, Lamongan, Rabu (15/6/2022).
Pengasuh Ponpes Internasional Dea Mealela, Sumbawa, NTB itu juga memuji pengasuh Ponpes Al-Islah KH Muhammad Dawam sebagai penyair kritis.
“Dulu pernah membuat buku puisi Haram Hukumnya Memilih Kembali Nama Seseorang. Kemudian saya undang ke Jakarta untuk membaca puisi dan banyak wartawan yang hadir,” kata Din Syamsuddin.
Pria yang lahir pada 31 Agustus 1958 ini mengucapkan selamat untuk 22 sarjana S1 lulusan STIQSI Al-Islah dalam wisuda perdana. “Dan saya saksikan mayoritas adalah kaum perempuan, 18 perempuan dan 4 laki-laki,” ujarnya.
“Mudah-mudahan ini menunjukkan bahwa yang lebih cinta al-Quran adalah kaum perempuan. Atau yang berminat belajar di STIQSI Al-Islah adalah banyak dari kaum perempuan,” tambah Din Syamsuddin.
Menggabungkan Islam dan Sains
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode 2005-2010 dan 2010-2015, itu mengakui, dari perguruan tinggi di Indonesia, bahkan di dunia, yang menyatukan ilmu agama dan ilmu umum (sains) hanya Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur’an dan Sains yang ada di Pondok Pesantren Al Islah Sendangagung, Paciran, Lamongan ini.
Konsep dasar dalam membangun STIQSI Al Islah ini, kata Din Syamsuddin, adalah ingin menghubungkan Islam dengan ilmu pengetahuan.
“Yang ini memang menjadi masalah di dunia Islam. Bertahun-bertahun dan berabad-abad, masalah besar yang dialami oleh umat Islam adalah adanya dikotomi antara ilmu-ilmu agama dan ilmu yang disebut umum. Tapi solusinya bisa dikatakan tidak ada,” ungkapnya.
Di mengatakan, ada tawaran solusi dari cendekiawan Muslim dunia, untuk mengatasai masalah dikotomi itu, terutama dorongan dari tulisan-tulisan Prof Ismail Raji Alfaruqi.
“Itu menjadi sumber inspirasi bagi banyak pihak untuk menghubungkan yang disebut ilmu keagamaan dengan ilmu-ilmu umum,” katanya.
Lulusan University of California, Los Angeles (UCLA) di Amerika Serikat ini menambahkan, ada dua watak ilmu pengetahuan menurut Islam. Pertama, adanya korespondensi antara pencipta dan ciptaan.
“Alam semestat termasuk manusia dan masyarakat yang menjadi objek ilmu pengetahuan nanti yang dikembangkan, sejatinya punya dimensi Ilahi, karena dia ciptaan Allah SWT,” katanya.
Yang kedua, kata Din Syamsuddin, adanya analogi antara mikrokosmos dan makrokosmos, antara manusia dan alam, ada qiyas atau analog alam besar dan alam kecil.
“Seorang ilmuwan Muslim kalau ingin mengembangkan ilmu pengetahuan, menatap alam semesta dan menatap masyarakat manusia. Kalau memandang objek studinya itu harus dengan dua prinsip tadi,” ujarnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni