PWMU.CO– Forpama (Forum Pengelola Panti Asuhan Muhammadiyah Aisyiyah) bersama Majelis Pelayanan Sosial (MPS) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) studi tiru dan silaturahmi ke Panti Asuhan Tuna Netra Terpadu Aisyiyah Ponorogo, Sabtu (11/6/2022).
Dari Ponorogo, rombongan melanjutkan rihlah ke Pacitan berwisata ke Goa Gong dan Pantai Klayar.
Ikut dalam rombongan ini perwakilan pengelola Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Panti Asuhan Muhammadiyah- Aisyiyah se DI Yogyakarta yang tergabung dalam Forpama.
Saat rombongan berangkat dilepas oleh Ketua PWM DIY Gita Danupranata MM dan Ketua Majelis Pelayanan Sosial PWM Ridwan Furqoni MPI di Gedung Muhammadiyah Yogyakarta.
Masjid Bersejarah
Setelah itu rombongan berangkat pukul 00:00. Tiba di Ponorogo pukul 03:30. Shalat Subuh berjamaah dan mandidi Masjid Darul Hikmah.
Masjid Darul Hikmah merupakan masjid bersejarah di Kabupaten Ponorogo yang pernah menjadi lokasi Tanwir Muhammadiyah tahun 1969. Setelah melaksanakan shalat Subuh, rombongan disambut takmir masjid dan ibu-ibu Aisyiyah Cabang Ponorogo Kota.
Ditemani suguhan teh hangat, jadah bakar dan punten, perserta rihlah diberikan penjelasan sejarah Masjid Darul Hikmah oleh Badruddin, Wakil Ketua II Takmir Masjid.
Menurut dia, Masjid Darul Hikmah salah satu masjid tertua di Ponorogo. Pada awalnya disebut sebagai Pasolatan, artinya tempat shalat.
”Masjid ini pernah disinggahi Kiai Dahlan ketika berdagang batik dan ceramah di Ponorogo. Pada peristiwa pemberontakan PKI Madiun tahun 1948, masjid ini menjadi tempat berlindung para Kiai Gontor dari kejaran PKI,” ujarnya.
Ketika menjadi tempat Tanwir Muhammadiyah tahun 1969, sambung dia, melahirkan Khittah Ponorogo dan menjadi awal mula terbentuknya Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah (MKCHM).
Ke Panti Asuhan
Kunjungan berikutnya ke Panti Asuhan Tuna Netra Terpadu Aisyiyah Ponorogo. Ini Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak di bawah Majelis Kesejahteraan Sosial (MKS) Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) Ponorogo.
Dalam lingkungan panti terdapat Sekolah Luar Biasa yang menjadi sarana pendidikan anak berkebutuhan khusus, baik yang menjadi anak asuh dalam panti maupun luar panti.
Rombongan disambut Ketua PDA Ponorogo, Hj Titi Listyorini. ”Lembaga berusaha memadukan antara anak difabel dengan non difabel atau disebut inklusi dalam satu lembaga pengasuhan agar saling berinteraksi,” jelasnya.
Sedangkan penggunaan tuna netra, ujar dia, karena fokus lembaga ini pada penyandang tuna netra. Meski demikian lembaga tersebut juga menerima dan menangani penyandang disabilitas yang lain.
Diskusi studi tiru ini berjalan dengan hangat, peserta sangat antusias, dan banyak pertanyaan terkait pengasuhan dan manajemen lembaga.
Ketua MPS PWM DIY Ridwan Furqoni menyampaikan, kegiatan ini sebagai ajang belajar, juga melepas penat para pengelola panti setelah berkecimpung dalam dinamika pengasuhan anak. Juga untuk menjalin keakraban sesama pegiat layanan sosial anak.
Ketua PWM DIY Gita Danupranata menambahkan pentingnya adaptasi para pengelola dan pengasuh panti asuhan terhadap perkembangan zaman, bagaimana pola asuh yang benar, dan dapat mendidik anak asuh secara tuntas serta mengedepankan inklusivitas dalam layanan.
Penulis Bagus, Diyan Fathurrahman Editor Sugeng Purwanto