Jangan Terjebak
Di sisi lain, Muhammad Faisal mengingatkan agar tidak terjebak pada orientasi teknologi informasi semata-mata. Meski diperkirakan pada tahun 2030 dunia akan totally terdigitalisasi, kemampuan manusia dalam mengendalikan teknologi juga sangat penting. Isu-isu seperti krisis air, perubahan iklim dan konflik sosial, harus menjadi perhatian keilmuan komunikasi.
“Basis ilmu komunikasi akan fundamental dan kembali ke kemampuan manusia, teknologi juga penting namun kembali ke manusianya. Meski kita harus menguasai teknologi digital, kita harus ingat bahwa inti komunikasi adalah talk to human. Sisi manusia tetap menjadi perhatian utama,” tukasnya.
Ungkapan Faisal memperoleh dukungan dari dua dosen senior, Budi Suprapto dan Farid Rusman. Menurut keduanya, kurikulum komunikasi tidak boleh tercerabut dari akar filsafat dan keilmuan komunikasi.
“Jangan terlalu berorientasi pada teknologi informasi sehingga sulit membedakan dengan informatika. Bagaimanapun fokusny harus tetap pada human, pada manusia,” kata Budi yang dibenarkan Farid.
Berbagai masukan diberikan oleh para stakeholder pengguna lulusan serta alumni. Sebagian besar alumni menyarankan agar lulusan dibekali dengan whole package atau paket lengkap yang siap kerja. Selain ilmu dan keterampilan komunikasi, juga perlu persiapan bahasa, penguasaan teknologi komunikasi, serta akses ke dunia global.
“Kalau bisa penyampaian perkuliahan minimal 50 persen menggunakan bahasa Inggris agar mahasiswa terbiasa menggunakannya. Di samping itu, aspek attitude dan etiket berkomunikasi juga menjadi aspek sangat penting dalam memasuki dunia kerja di perusahaan berskala global maupun multinasional,” kata alumni yang bekerja di Saudia Airline, Nuraini Rohmawati.
Hal ini juga dibenarkan alumni lain yang hadir secara virtual, seperti Viki Arif (Paradise), Heru Nasrudin (Blibli.com), Mar’atun Sholihah (Kompas TV), dan Tri Sulis (Kontan.com).
Keniscayaan
Nasrullah menambahkan penyesuaian kurikulum merupakan suatu keniscayaan. Ilmu dan profesi komunikasi berkembang sangat dinamis sehingga memerlukan respon yang cepat dan tepat. Untuk itu diperlukan kajian mendalam dan komprehensif dengan melibatkan semua unsur yang mewakili stakeholder Komunikasi UMM.
“Keunggulan Komunikasi UMM selama ini terletak pada kekuatan kreativitas dan kemampuan kolaboratifnya. Ini akan menjadi perhatian ke depan supaya diakomodasi dalam kurikulum yang juga perlu menyesuaikan dengan perkembangan teknologi informasi,” terang Nasrullah.
Dia mengatakan, Komunikasi UMM memperoleh amanah dari universitas untuk menjadi salah satu prodi yang didorong memperoleh akreditasi internasional. Menyusul diperolehnya sertifikat AUN-QA, Komunikasi UMM kini menyiapkan site visit untuk akreditasi FIBAA dari Jerman.
“Konsekuensinya kami harus menyiapkan banyak aspek. Tidak hanya kurikulum, tapi juga upgrading sumberdaya manusia pengajar, fasilitas laboratorium, dan tata kelola Prodi,” tambahnya.
Lokakarya akan berlanjut dengan sidang-sidang komisi untuk membahas draft kurikulum. Pada puncaknya, pleno akan dilangsungkan guna membahas kurikulum baru sebelum diserahkan kepada universitas untuk disahkan.
Ketua Panitia Lokakarya, Radityo Widiatmojo MSi merinci kegiatan ini berlangsung selama sebulan. Sebelumnya FGD dengan perwakilan mahasiswa berhasil mendapatkan masukan mengenai kritik pada kurikulum lama dan keinginan muatan pada kurikulum baru mendatang. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni