Sukses Berakhlak Mulia
Lain siswa, lain cerita. Altair Zaidan Wicaksono mengisahkan bagaimana kesuksesannya membentuk akhlak mulia bersama guru SD Mugeb. “Ustadz dan ustadzah bukan hanya mengajar pelajaran saja, melainkan kita diajarkan atau diberi pengetahuan masalah etika, kejujuran, kedisiplinan, dan sebagainya,” tulisnya.
“Kami sebagai murid diajarkan saling menghargai sesama anak, diajarkan juga selalu menghormati orang yang lebih tua, apalagi sama orangtua kita sendiri. Diajarkan juga saling menolong atau bekerja sama dengan anak lain,” tambahnya.
Selain itu, belajar dari pengalamannya bertanding, meski merasa sedih belum dapat juara, dia bersyukur bisa berhasil mengasah karakter positif. “Pertandingan ada yang kalah dan menang, semua buat pengalaman agar kita lebih kuat dan berani,” tulisnya.
Dia lantas mengulas walas dari kelas I-VI yang berjasa atas kesuksesannya. “Pada waktu kelas 1 aku masuk kelas 1 ar-Rahman. Saya mendapat wali kelas ustadz David dan ustadzah Tri,” tutur siswa kelahiran Sidoarjo, 7 Mei 2010 itu.
Siswa yang pernah ikut bertanding Tapak Suci tingkat Jatim itu melanjutkan, “Beliau adalah wali kelas yang sangat baik dan ramah, beliau juga sabar kepada kami murid-murid, yang pada saat itu kami sebagai murid memasuki dunia di mana kita adaptasi dari sekolah TK ke sekolah SD.”
Mimpi Dapat Piala Terwujud
Banyak pula siswa yang mengisahkan prestasinya hingga menggenggam piala. Salah satunya Khansa Athaya Rahman kelas VI Mars. Awalnya dia mengatakan sejak awal kelas I sampai kelas III, dari lomba-lomba yang dia ikuti belum menghasilkan sesuai harapannya.
“Saya mulai merasa malas untuk ikut lomba-lomba lagi. Kadang saya iri melihat teman saya yang mendapatkan piala dan medali. Mimpi saya untuk mendapatkan piala pertama kalinya sepertinya masih jauh,” ungkap siswa kelahiran Cilegon, 11 Agustus 2009 itu.
“Waktu saya di kelas IV, ada pengumuman lomba dari sekolah. Ada beberapa mata pelajaran yang dilombakan. Waktu itu saya ditawarkan untuk ikut lomba matematika lagi. Tapi saya ragu, saya lebih tertarik dengan lomba Bahasa Inggris. Saya ingin mencoba hal baru!” imbuhnya.
Tak dia sangka, lanjutnya, dia mendapat juara. “Akhirnya, mimpi saya untuk mendapatkan piala terwujud. Saya sangat bahagia. Saya kembali bersemangat untuk mengikuti lomba-lomba yang lain,” tulisnya.
Dari sana ia belajar, “Terkadang kita terlalu memaksakan diri di bidang yang kurang kita kuasai atau sukai karena mengikuti teman atau lingkungan yang belum tentu sesuai dengan kemampuan kita. Sehingga terkadang membuat kita menjadi cepat putus asa kalau tidak berhasil.”
Menurut siswa yang selama di SD Mugeb mengantongi lebih dari lima piala itu, sekolah berperan banyak dalam mendidik dan memberikan ilmu dan pembentukan karakternya. “Sangat mendukung murid-muridnya mengikuti lomba-lomba. Tidak hanya dalam bidang akademik, bidang lain seperti olahraga dan bakat juga.”
Dia lantas bersyukur, “Alhamdulillah, saya mempunyai orang tua dan guru-guru di SD Muhammadiyah 1 GKB yang bisa mengarahkan saya ke bidang yang saya sukai.” Kisah Khansa selengkapnya bisa dibaca dalam tulisan berjudul ‘Jangan Takut Bermimpi’.
Baca sambungan di halaman 3: Blurb