Jadi ‘Bunglon’, Wujud Cinta sang Wali Kelas SD Mugeb; Liputan Kontributor PWMU.CO Gresik Sayyidah Nuriyah.
PWMU.CO – Suasana Ballroom Giri Loka Aston Inn Gresik sangat lengang. Pagi itu jam masih menunjukkan pukul 05.50 WIB. Sebagian guru dan karyawan sedang mengecek persiapan Wisuda XXII Tahun 2022 SD Muhammadiyah 1 GKB Gresik (SD Mugeb) yang akan berlangsung 90 menit lagi.
Beberapa wali kelas duduk menyebar di deretan kursi putih yang nantinya ditempati wali siswa. Salah satunya wali kelas VI Venus, Ahmad Mujahidul Authon SPd. Dia duduk sendirian di baris terdepan. Ekspresi sedih sekaligus haru tergambar jelas di wajahnya.
Ternyata, berbagai kilatan kenangan manis bersama siswa maupun wali siswa sedang ‘sibuk’ melintas di benaknya. Kepada PWMU.CO, Authon menceritakan betapa bersyukur dirinya ketika beberapa hari yang lalu menerima kejutan spesial dari wali siswa.
“Apresiasi wali siswa spektakuler banget! Kompak sekali mereka mengucapkan terima kasih. Saya sampai, ‘Wah apa ini Bunda? Ini nggak balance (imbang) dengan apa yang sudah saya lakukan’,” kenangnya malu-malu.
Jadi ‘Bunglon’
Dengan rendah hati, Authon—sapaan akrab Koordinator Pembiasaan Siswa kelas V dan VI—iru mengungkap, selama ini dia hanyalah menanamkan cinta kepada anak didiknya. “Hari demi hari saya tanamkan cinta ke anak-anak, saya jadi bunglon! Di satu titik saya jadi wali kelas, di titik lain saya harus bisa jadi teman, kakak, sahabat, orangtua,” terangnya.
Authon menyadari, sebagian guru di luar sana ada yang hanya sekadar menjalankan peran menyampaikan materi di kelas. “Selesai mengajar, ya selesai. Akhirnya cuma merasa jenuh, lelah, marah dengan sesuatu yang gak sesuai dengan keinginan mereka,” ujarnya.
Menurutnya, seorang pendidik memang perlu sadar, ada peran berharga lain yang juga perlu dijalankan. “Saya yang lebih dominan jadi sosok teman dekat ketimbang jadi parent-teacher(orangtua-guru),” ujarnya.
Dengan begitu, interaksinya dengan siswa tak terbatas waktu. Terlebih, dia punya trik khusus untuk membangun relasi dengan para siswa. “Pulang sekolah kadang saya telepon. Mereka nyaman, tidak ada jarak dengan saya,” sambungnya sambil mulai berkaca-kaca.
Menurut Authon, penyebab keharuannya itu lebih dari sekadar bertemu dan berinteraksi dengan para siswa setiap hari. “Orang yang setiap hari bertemu, kesan yang ditimbulkan bisa macam-macam. Cuma, ini chemistry yang sudah saya bangun dari awal sehingga saya memeragakan berbagai macam peran,” terangnya.
Authon menegaskan, yang paling berharga ialah ketika dia bisa masuk ke hati dan pikiran siswanya. Di mana yang terpenting ialah bagaimana bisa mengelola emosi dan menunjukkan cinta ketika berkomunikasi dengan mereka.
“Maka kita akan memenangkan mereka dalam arti positif. Kita sudah melebur dekat dengan mereka. Dua jiwa, satu rasa! Bahkan mereka lebih nyaman berkomunikasi dengan kita daripada dengan ortunya,” jelas pria yang ahli hipnotis itu.
Baca selengkapnya di halaman 2: Pertama Jadi Wali Kelas VI