Tulisan Nama Jepang
Rafalza sudah selesai lebih dulu. Untuk mengisi waktunya, siswa kelas III Confident itu menghampiri Maulana. Kali ini dia mengungkap keinginannya, bisa menulis nama dalam huruf Jepang Katakana.
Maulana memandunya. Dia menjelaskan, di bahasa Jepang tidak ada huruf ‘l’ sehingga biasanya diganti dengan huruf “ru”. “Ra-fa-ru-za,” eja Maulana. Puas di lembar uji pemahamannya terpampang namanya dalam bahasa Jepang, Rafalza kembali menunjukkan ke temannya.
Dari kelas dan asal sekolah yang sama, Keven Javier Setyawan pun ikut tergoda ingin bisa menulis namanya. “Di Jepang gak ada v, jadi diganti b,” terang Maulana. “Ke-be-n,” lanjutnya.
Zona Favorit
Zona Jepang ini menjadi zona terfavorit sebagian peserta. Salah satunya Mochammad Grissee Al Fahrizi dari SD Mugeb. “Paling suka Zona Jepang. Karena bisa bikin origami ikan,” ujarnya.
Fahri ialah peserta kelompok Osaka yang kebetulan berulang tahun pada hari itu. Seluruh peserta menyanyikan lagu ‘Selamat Ulang Tahun’ untuk Fahri sambil menggenggam balon abu-abu atau oranyenya bertuliskan Language Party PBS.
“Terima kasih teman-teman,” ujar siswa yang baru menginjak 8 tahun itu.
M Nor Qomari SSi—orangtua Fahri—berharap, “Di usianya sekarang, Fahri semangat belajar menguasai bahasa asing, sampai besok bisa belajar ke luar negeri.”
“Kalau bisa bahasa asing, kamu bisa keliling dunia!” imbuhnya kepada Fahri. Ternyata karena itulah Ari semangat mendukung putra bungsunya itu bergabung di Pusat Bahasa Spemdalas (PBS). (*)
Editor Mohammad Nurfatoni