‘Mancing’ di Panci
Saat beberapa anggota rombongan bersiap memancing, tiba-tiba terdengar komando. “Ayo makan dulu di rumah!” kata Sulkhan, mantan Kepala Desa Tebaloan yang ikut menyambut rombongan.
“Loh, nggak jadi mancing,” sahut Anifah Asfiyah, Sekretaris Eksekutif Lembaga Informasi dan Komunikasi (LIK) dan Majelis Pustaka (MP) PWM Jatim.
“Sudah ‘dipancingkan’,” sahut Abdillah al-Farisi, karyawan Kantor PWM Jatim lainnya.
Maka rombongan diajak Sulkhan kembali ke jalan raya, lalu berbelok untuk masuk ke kampung sekitar 200 meter. Sampailah rombongan di rumahnya.
Ternyata Sulkhan sudah ‘memancingkan’ aneka ikan terlebih dulu. Ada mujahir, bandeng, kutuk, bader, dan udang. Dan semuanya sudah tersaji, tinggal santap. Ada menu ‘jangan asem kuning’. Ada bakaran ikan dengan sambel terasi dan kecap. Aneka buah dan minuman juga sudah tersaji.
Maka tanpa ‘mancing’ terlebih dahulu, para tamu sudah siap menikmati hidangan. Saking cocoknya dengan menu yang disajikan, beberapa tamu tak menggunakan sendok saat makan, seperti dipraktikkan Sarwo Edy.
“Cocoknya muluk, gak pakai sendok ini,” ujarnya.
Usai makan, ternyata ‘pancingan’ ikan lainnya juga sudah disiapkan oleh Sulkhan. Beberapa box styrofoam diangkut untuk dipindahkan ke mobil rombongan sebagai oleh-oleh. Isinya: ikan bandeng lengkap dengan pendingin es batu.
Meski sudah mendapat hasil ‘pancingan’ berkota-kotak ikan, tapi rombongan meminta kembali ke tambak. Sebagian memang benar-benar memancing dengan pancing tradisional (pancing modernnya gak jadi dipakai). Tapi ada juga yang ‘memancing’ ikan secara massal melalui jala. Seperti yang dilakukan oleh Abdul Basit.
Walaupun ustadz lulusan Madinah, Saudi Arabia, Basit terlihat terampil menjala ikan. Beberapa kali dia tebarkan jala, beberapa ikan terperangkap di dalamnya. Cara ‘mancing’ massal Basit dilanjutkan oleh Faris. Keduanya memang orang pantura dan akrab dengan tambak atau laut. Basit orang Dukun, Faris orang Solokuro.
Beberapa titik tambak menjadi spot Faris menjala. Dia dibantu oleh Musodik mengambil ikan-ikan hasil tangkapan.
“Ini hiburan bagi kepala kantor,” komentar Sekretaris Eksekutif MPKU PWM Jatim, Rudi Utomo SKm, melihat Musodik asyik mengambil ikan-ikan hasil tangkapan. Maklum, sehari-hari di kantor, lulusan Jurusan Pendidikan Fisika FPMIP Unesa Surabaya tahun 2004, itu serius dengan urusan kantor, urusan Muhammadiyah. Bukan hanya urusan tingkat Jatim, Musodik adalah penghubung urusan-urusan PWM Jatim dengan Kantor Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
Sekitar satu jam kegiatan di tambak usai. Tepat pukul 15.30 WIB. Rombongan meninggalkan tambak dengan membawa tangkapan segar separuh tas kresek besar. Mayoritas adalah ikan mujair ‘muda’. Juga dos-dos styrofoam berisi ikan bandeng, tentu saja.
Baca sambungan di halaman 3: Rektor UMG Sumringah