Antrean Haji 70 Tahun, Santri MBS Madinatul Ilmi Smamsatu Manasik dengan Optimisme, liputan Hadiyatan Wasilah, kontributor PWMU.CO Gresik.
PWMU.CO – Muhammadiyah Boarding School (MBS) Madinatul Ilmi SMA Muhammadiyah 1 (Smamsatu) Gresik menyelanggarakan manasik haji bagi santri dan santriwati kelas X dan XI, Sabtu Ahad (18-19/6/2022).
Manasik haji yang dilaksanakan di halaman sekolah dan sekitarnya ini dibimbing oleh Ketua Lazismu Gresik Abd. Rojak dan Rudi Ihwono—Waka Sarana dan Prasaran Smamsatu yang juga anggota Majelis Tabligh Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Gresik.
Ustadz Rozaq membuka materi manasik haji dengan menyajikan data waktu tunggu haji di Indonesia yang rata-rata hampir 70 tahun. Meski begitu dia memotivasi, “Meski lama semoga tidak menyurutkan impian kita untuk menyempurnakan rukun Islam,” jelasnya.
Selanjutnya dia memmaparkan materi doa-doa yang harus dilafalkan saat melaksanakan ibadah haji: mulai niat hingga thawaf wada. Salah-satunya bacaan talbiah yang diucapkan dengan kompak oleh para santr, “Labbaikallahummalabbaik labbaika la syarikalabbaik innalhamda wanni’mata laka walmulk la syarikalak.”
Selain tata cara berhaji dan doadoanya, para santri mendapatkan praktik memakai baju ihram terkhusus bagi laki-laki. Yakni memakai kain yang tidak berjahit. Ustazd Rozaq lalu mencontohkan bagaimana memakai pakaian ihram dengan baik dan benar.
Manasik Haji Hari Kedua
Setelah sehari sebelumnya pemaparan materi terkait tahapan haji dan bacaannya, santri dan santriwati melaksanakan praktik manasik haji, Ahad (19/6/2022).
Mereka mempraktikkan thawaf, sai, tahallul, wuquf di Arafah, melempar DI Jamarat, hingga thawaf wada’ secara tertib bertempat di lingkungan Smamsatu. Seluruh santri dan santriwati kompak memakai baju ihram berwarna putih bersih
Ka’bah terletak di tengah halaman sekolah, begitupun bukit Shafa dan Marwah. Sedangkan Padang Arafah terletak di bawah flyover Dr Wahidin Sudirohusodo. Mina terletak di jalan samping Smamsatu. Dan Jamarat terletak di halaman belakang Smamsatu.
Manasik dikondisikan secara real seperti adanya. Salah satunya wukuf di Arafah dengan khutbah yang disampaikan santri M. Farhan Firdaus, siswa kelas XI MIPA 1.
“Di padang Arafah ini kita meninggalkan atribut sosial kita. Semua jabatan dan pangkat kita hari ini, yang melekat di badan kita, hanyalah dual embar kain putih seolah-olah ini semua adalah miniatur Padang Makhsyar di Hari Kiamat,” ujarnya dengan berapi-api.
Ustadz Rozaq—dengan dibantu musyrif dan musyrifah—sangat sabar dan telaten membimbing para santri dalam melaksanakan setiap tahapan manasik haji.
“Anak-anak seperti inilah kondisi kita saat ditakdirkan melaksanakan haji nantinya. Panas, lelah, dan berdesakan dengan banyak orang. Namun kenikmatan dan kerinduan melaksanakanya akan terus hinggap di hati kaum Muslimin,” ucapnya.
Acara manasik haji berjalan dengan lancar ditutup dengan berfoto bersama di depan miniatur ka’bah. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni