Punya Kartu Anggota Tidak Otomatis Kader; Liputan Ummu Salamah, Kontributor PWMU.CO Gresik.
PWMU.CO – Kader ada kata kuncinya. Tidak semua orang bisa melabeli dirinya sebagai kader dengan memiliki kartu anggota dan sertifikat pengaderan.
Demikian kata Ketua Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) Kabupaten Gresik Idha Rahayuningsih MPsi ketika sambutan di pembukaan Baitul Arqam Aisyiyah Cabang Ujungpangkah.
Idha—sapaan akrabnya—menegaskan, kader adalah anggota pilihan.
“Anggota elite sesuai dengan kemampuan dan potensi yang dimiliki dan harus selalu siap sedia! Tidak boleh ngomong lagi sibuk, capek, banyak kerjaan, dan lain sebagainya. Kalau sudah menyatakan diri sebagai kader, harus selalu siap sedia laksana komandan bilang apapun selalu siap,” terangnya.
Di gedung Taman Kanak-Kanak (TK) Aisyiyah 3 Ujungpangkah itu, Ahad (19/6/22), dia mengibaratkan kader seperti tulang punggung. “Kalau tulang punggung kita rapuh, maka tidak akan bisa berdiri. Demikian juga di organisasi Aisyiyah. Kader minimal harus bisa mengatur serta menjalankan tugas yang diamanahkan,” tambahnya.
Idha menyadari kader butuh berproses. “Tidak langsung ujuk-ujuk jadi kader. Dalam satu periode butuh pengaderan dua kali agar bisa mempersiapkan periode berikutnya,” tuturnya.
Sebelumnya, Idha berharap, pengkaderan Baitul Arqam Aisyiyah itu tak mengurangi makna Baitul Arqam. Sebab, meski idealnya dilaksanakan dua hari dua malam, namun saat itu dilaksanakan dua hari tanpa bermalam.
Gerakan Perempuan Berkemajuan
Menurut Dosen Universitas Muhammadiyah Gresik itu mengartikan Gerakan Perempuan Berkemajuan sebagai cara pandang yang lebih berorientasi ke masa depan. “Apa sih yang terjadi di masa depan dan bagaimana tantangan yang kita hadapi?” ujarnya.
Lebih lanjut, dia menjelaskan kader Aisyiyah harus berkemajuan. Berkemajuan yang dia maksud meliputi tiga hal berikut.
Pertama, bisa memberdayakan diri dari kebodohan, kemiskinan, keterpinggiran, dan ketermarjinalkan. Kedua, mampu mandiri. “Tidak bergantung pada orang lain. Lebih percaya pada kemampuan kita, bahwa kita mampu melaksanakan hal itu. Tidak takut bersuara dan bersikap!” paparnya.
Ketiga, mencerahkan. “Artinya kita mampu menghasilkan ide, gagasan, solusi dalam menghadapi permasalahan yang ada di masyarakat kita,” jelas Idha di hadapan 108 peserta.
Sebab, tujuan kader sendiri, kata Idha, ialah mampu meningkatkan kapasitas untuk memperluas atau berekspansi sesuai sasaran dakwahnya untuk meningkatkan jumlah anggota, kegiatan, atau program anggotanya.
Fungsi Kader
“Kader berperan sebagai pelopor, pelangsung, dan penyempurna!” demikian Idha menekankan fungsi kader.
Menurutnya, para pendahulu lebih banyak berperan sebagai pelopor. Dia lantas mengingatkan, “Sekarang kita lebih sebagai pelangsung dan penyempurna. Apa yang sudah ada, harus kita jaga dan rawat. Jangan sampai ada penurunan di setiap periode!”
Dia juga mengingatkan, di Aisyiyah, antara satu periode dengan periode lanjutannya harus saling berkelanjutan. “Berkesinambungan, saling melanjutkan bukan saling menjatuhkan,” imbuhnya.
Di akhir sambutannya, dia menekankan Aisyiyah sebagai gerakan organisasi. “Perlu adanya gerakan untuk mengurai simpul-simpul kemacetan dan kebuntuan,” ujarnya.
Maka Idha menyarankan, “Aisyiyah harus mampu bersinergi (berjejaring) dengan organisasi lain seperti Fatayat, Muslimat, Nasyiatul Aisyiyah, dan organisasi lain dalam bidang sosial dan kemasyarakatan maupun lainnya yang tidak terkait ideologi.” (*)
Editor Mohammad Nurfatoni/SN