Sejarah Panjang
Mengenal Pak Prodjo, tulis Suara Muhammadiyah, “Seperti mengenali kiprah pengembangan pendidikan Muhammadiyah di Jakarta. Hal ini, karena Pak Prodjo banyak terlibat langsung dalam perintisan lembaga-lembaga pendidikan itu” (suaramuhammadiyah.id).
Berikut ini sekadar menyebut contoh. Pada 1955, Majelis P dan K PP-Muhammadiyah bekerjasama dengan Kementerian Agama RI mendirikan Perguruan Tinggi Pendidikan Guru (PTPG). Untuk itu, Pak Prodjo mendapat amanat sebagai Sekretaris Panitia Pembangunan.
Perguruan Tinggi tersebut menerima mahasiswa tugas belajar dari Kementerian Agama. Di samping itu, juga mendidik mahasiswa Akademi Dinas Ilmu Agama (AIDA). Itu, sebagai embrio berdirinya UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Berbagai Penghargaan
Pada 6 September 2014, bersamaan Dies Natalis Universitas Muhammadiyah Malang ke-50, Pak Prodjo mendapat “UMM Award”. Penghargaan ini diberikan karena dia dinilai memiliki dedikasi yang luar biasa. Juga, karena Pak Prodjo merupakan sosok yang konsisten merintis dan memperjuangkan pengembangan pendidikan Muhammadiyah hingga berkembang seperti sekarang.
Di tingkat negara, Pak Prodjo menerima berbagai penghargaan dan tanda jasa: 1)Sewindu Angkatan Perang RI 1954; 2) Perjuangan Gerilya Membela Kemerdekaan Negara 1958; 3) Satyalencana Peristiwa Aksi Militer Kesatu 1958; 4) Satyalencana Peristiwa Aksi Militer Kedua 1958; 5) Satyalencana Kesetiaan 1959; 6) Satyalencana Gerakan Operasi Militer I dan II 1960; 7) Satyalencana Penegak 1967; 8) Satyalencana Pembangunan 1994.
Dikenang Baik
Pengalaman Pak Prodjo berkhidmat lewat Muhammadiyah memberi pengaruh sangat positif bagi performa dan kinerjanya. Di titik ini KH Hasan Basri menyebut Pak Prodjo, rekannya di MUI, sebagai konseptor, operator dan pantas disebut sebagai organisator.
Pak Prodjo, sosok dengan banyak jejak kebaikan itu, wafat pada 31 Juli 1996 pukul 20.55 di Rumah Sakit Islam Jakarta. Almarhum, yang meninggal dalam usia 74 tahun, dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata Jakarta. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni