PWMU.CO– Sinergi tujuh sekolah Muhammadiyah Gresik Selatan ingin maju bersama dengan mengadakan workshop Kurikulum Merdeka Penyusunan Modul Ajar. Acara bertempat di Aula SMA Muhammadiyah 8 Cerme, Selasa-Rabu (28-29/6/2022).
Peserta sinergi tujuh sekolah Muhammadiyah terdiri perwakilan guru kelas 1 dan 4, guru PJOK serta guru PAI.
Mereka berasal dari SD Al Islam Cerme, SD Muhammadiyah 1 Driyorejo, SD Muhammadiyah 1 Menganti, SD Muhammadiyah 1 Balongpanggang, SD Muhammadiyah 2 Balongpanggang, SD Muhammadiyah 1 Wringinanom, dan SD 1 Benjeng.
Acara yang diselenggarakan selama dua hari dimulai pukul 8.00 sampai pukul 16.30. Tema bahasan tentang penyusunan modul ajar untuk kelas 1 dan 4, serta mapel PAI (Penddikan Agama Islam) dan PJOK (Pendidikan Jasmani dan Olahraga Kesehatan). Acara dibuka dengan sambutan dari Ketua Panitia Ustadz Teguh Abdillah MPd.
Teguh Abdillah mengatakan, tujuan workshop ini menyusun modul ajar yang sesuai dengan capaian pembelajaran siswa dalam Kurikulum Merdeka.
”Siswa akan mendapatkan asesmen yang berbeda sesuai dengan tingkat kemampuannya. Dengan harapan siswa dapat memperoleh capaian pembelajaran yang sama,” katanya.
Workshop mengundang pembicara Ria Pusvita Sari MPd, pelatih ahli program sekolah penggerak dan Kepala SD Muhammadiyah Manyar, Gresik.
”Banyak metode yang dapat digunakan oleh guru untuk modul ajar. Misalnya, dengan pemberian worksheet sesuai dengan materi yang diberikan dengan tingkat soal yang berbeda,” kata Ustadzah Ria Pusvita Sari.
Dia menerangkan, Kurikulum Merdeka mengubah paradigma pembelajaran. Sebelumnya memakai paradigma standar yang harus dicapai siswa. Kali ini arah pembelajaran disesuaikan dengan karakter siswa sehingga siswa mampu mencapai target pembelajaran.
Ustadzah Vita begitu sapaan akrabnya memberikan contoh pada materi bilangan di semester 1 untuk kelas 1.
(Tanya guru) “Anak anak tahu tidak 5 itu seperti apa?” (Siswa menjawab) Ustadzah 5 saja tidak tahu, 5 itu seperti ini ustadzah (sambil menunjukkan tangan kanannya), bentuk yang ada perutnya lengkung ke depan dan ada sretnya diatas ustadzah.
Dari jawaban siswa yang beragam kemudian guru memberikan pertanyaan pemantik, misalnya bagaimana sih bentuk sebenarnya yang dimaksud dengan yang jumlahnya 5
Siswa menjawab, ya yang jumlahnya lima ustadzah ini lho di kelas ada 5 orang. Lalu siswa menghitung siswa sejumlah 5 orang.
Guru memberikan penguatan selain benda berupa siswa yang bisa dihitung dikelas bisa juga mengambil contoh 5 meja, 5 kursi, 5 buku, dan lainnya.
Jika ada siswa yang masih kurang lancar menulis dapat diberikan tes berupa pertanyaan langsung yang dapat membuat siswa berani menjawab tanpa harus menulis jawaban tersebut. Jawaban yang benar akan mendapatkan skor sama dengan siswa reguler yang menjawab pertanyaan dengan menulis. Sehingga capaian siswa pada materi bilangan akan dapat tercapai semua dengan metode ujian yang berbeda.
Penulis Elisyah Susanty Editor Sugeng Purwanto