Unimuda Sorong Kunjungi UAD Belajar Manajemen Pesantren Mahasiswa, liputan kontributor PWMU.CO Yogyakarta Diyan Fathurahman.
PWMU.CO – Pesantren Mahasiswa KH Ahmad Dahlan (Persada) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta menerima kunjungan Ketua Badan Pembina Harian (BPH) Universitas Pendidikan Muhammadiyah (Unimuda) Sorong, Papua, Senin (27/6/2022) di Kantor Sidang Pusat Tarjih Muhammadiyah, Kompleks Masjid Islamic Center.
Amanah Mahad Bilal bin Rabah
Ketua BPH Unimuda Drs H Nursono Sidiq menyampaikan kunjungan ke Persada UAD in tidak sekadar silaturahmi. Maksud kunjungan tersebut adalah untuk mendapatkan ilmu dan informasi lebih banyak mengenai pengelolaan Persada.
“Kami perlu belajar banyak ke Persada UAD karena Unimuda belum lama ini mendapat amanat gedung Mahad Bilal bin Rabah. Mahad ini sebelumnya di bawah yayasan Asia Muslim Charity Foundation (AMCF),” ujarnya.
Sejak September 2020, lanjutnya, seluruh mahad yang berada di bawah yayasan AMCF diserahkan kepada organisasi yang bekerjasama dengan AMCF tersebut. Dalam hal ini termasuk Unimuda dengan Mahad Bilal bin Rabahnya.
“Kedatangan kami ke Persada merupakan kunjungan awal. Rencananya ke depan akan ada beberapa calon pengelola pesantren mahasiswa Bilal bin Rabah Unimuda yang akan datang untuk belajar di Persada lebih mendalam,” jelasnya.
Mudir Persada Ustadz H Thonthowi SAg MHum didampingi oleh Kepala Kantor, Kepala Bidang Media dan IT dan Kepala Asrama Putera Persada menyambut kedatangan Nursono Sidiq dengan antusias. Beberapa hal seputar Persada disampaikan oleh Mudir. Mulai dari sejarah berdirinya, para penghuni Persada dari mahasiswa kader persyarikatan, dinamika, kurikulum hingga perihal pendanaan.
Sebagian Besar Mahasiswa Non-muslim
Di tengah-tengah sharing, sesekali Nursono Sidiq menyampaikan kondisi Unimuda yang sebagian besar mahasiswanya adalah non-muslim. Tentang hubungan antar dosen serta tenaga kependidikan di Unimuda yang diakui sangat hangat dan tidak pernah terjadi perselisihan. Semua saling melengkapi.
“Selain itu juga mengenai strategi dalam menyampaikan nilai-nilai Al-Islam ke dalam mata kuliah Kemuhammadiyahan. Kami lebih memilih muatan pembelajaran Al Islam dalam mata kuliah Kemuhammadiyahan, sebab hal ini bisa lebih diterima dengan baik oleh mahasiswa,” terangnya.
Menurut Nursono, salah satu kendala yang dihadapi adalah kurangnya sumber daya manusia (SDM) yang benar-benar memahami kemuhammadiyahan. “Beberapa calon dosen yang mendaftar, saat diwawacarai tentang sejarah dan pendiri Muhammadiyah saja masih banyak yang tidak paham,” ungkapnya.
“Kami merasa senang dan bersyukur sudah diterima dan mendapatkan banyak informasi mengenai model pengelolaan asrama pesantren mahasiswa. Saya berharap ada semacam kunjungan balasan, sehingga lebih terjalin dengan erat silaturrahimnya,” imbuhnya.
Saran, masukan dan sharing model pengelolaan asrama berjalan dengan santai, namun padat. Kunjungan diakhiri dengan pemberian oleh-oleh beberapa cinderamata Persada. Berisi buku pegangan santri, salah satu karya para santri yakni buku kultum, serta Persada Story, yang merupakan buku akhir tahun. (*)
Co-Editor Sugiran. Editor Mohammad Nurfatoni.