Berbuat untuk Masyarakat
Meski saat ini suami Asiyah Nurmi ini sedang sakit, tetapi inovasinya dalam kegiatan kemasyarakatan terus ia lakukan.
“Sakit bukan halangan untuk terus berkarya. Semakin banyak kegiatan, sakit jadi tak terasa,” katanya sambil tertawa. Selain sebagai pengurus masjid, Yusuf juga menangani TK Al Muttaqin, yang kemudian dibangun menjadi lebih baik.
Di tempat tinggalnya pun, Yusuf berperan sebagai pengurus RT di Gadukan Rukun Morokrembangan Surabaya. Di tangannya, berbagai inovasi kampung telah terlaksana. Di antaranya, menjadikan kampungnya sebagai kampung kreatif, kampung parikan, dan kampung pendidikan, hingga memperoleh juara.
Penghijaun dan pembangunan terus diikhtiarkan bersama warga. Hingga dibuatlah suatu kesepakatan bersama dengan warga. Bahwa di Kampung Parikan yang dia pimpin itu harus melaksanakan budaya tertib dan disiplin waktu. Isinya yaitu kesepakatan akan jam-jam yang harus ditaati. Kapan waktu untuk belajar, nonton TV, jam bermain dan jam berinternet. Semua disepakati dan berlaku untuk setiap warga.
Bahkan, skripsinya mengenai Dakwah di lokalisasi dijadikan mantan Walikota Surabaya, Tri Rismaharini sebagai bahan rujukan dalam mengelola daerah yang terkenal akan lokalisasinya di Surabaya.
Hal ini diketahuinya saat Staf Khusus Menteri Sosial RI Dr Fauzan Amar, datang berkunjung ke ke Lazismu Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Surabaya.
Saat itu Fauzan bercerita ada skripsi mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surabaya yang dijadikan bahan rujukan, atas nama Yusuf. Sontak Yusuf berkata, “Loh itu skripsi saya Pak.”
Rupanya Fauzan tak menyangka bahwa skripsi yang dimaksud adalah tulisan dari pria yang ada di hadapannya sendiri.
Yusuf berprinsip hidup itu banyak berbuat untuk masyarakat. Prinsipnya itu berdasar pada hadist Nabi yang artinya, “Sebaik-baik manusia diantaramu adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain.” (HR Bukhari).
Baca sambungan di halaman 2: Sosok yang Lembut Hati