Jelaskan Islam Berkemajuan, Prof Syafiq: Bentengi Diri dari Kelompok Ekstrem; Liputan Ummu Salamah, kontributor PWMU.CO Gresik.
PWMU.CO – Empat ciri Islam Berkemajuan dibedah oleh Prof Syafiq A. Mughni di Desa Gosari, Kecamatan Ujungpangkah, Kabupaten Gresik, Selasa (28/6/2022) malam.
Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah itu membedahnya saat meresmikan Muhammadiyah Boarding School (MBS) At-Taqwa Gosari.
Acara peresmian yang berlangsung di Perguruan Muhammadiyah Gosari itu bersamaan dengan Wisuda Purnasiswa Kelompok Bermain (KB) Aisyiyah 17, TK Aisyiyah 27, MI Muhammadiyah 3, dan SMP Muhammadiyah 11 Gosari.
Prof Syafiq, sapaan akrabnya, menjelaskan ada empat ciri Islam Berkemajuan. Pertama, berdasarkan tauhid (kessaan Allah). Tidak ada yang menduai Allah. La syarikalahu.
Menurutnya, bagi Muhammadiyah tauhid dengan berkeyakinan yang dilakukan tidak cukup, masih harus dibuktikan dengan perjuangan. “Apakah sudah mencerminkan tauhid dalam kehidupan kita,” tanyanya retoris.
Dia menguraikan, ciri tauhid adalah memandang semua manusia adalah mahluk Allah yang sama. Seperti gigi sisir, tidak ada yang lebih rendah dan tidak ada yang lebih tinggi. Manusia yang paling tinggi di sisi Allah adalah yang paling bertakwa (laallakum tattaqun).
Oleh karena itu, Muhammadiyah ingin bersahabat dengan siapapun dan tidak ingin bermusuhan. Sebagaimana firman Allah dalam al-Madinah ayat 2:
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ ۖ وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَا
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.”
Kembali pada Quran dan Sunnah
Kedua, Arruju’ Ilal Qur’an wa Sunnah. Yakni merujuk atau kembali kepada al-Qur’an dan Sunnah ).
Syafiq mengutip hadits riwayat Malik “Aku tinggalkan kepada kalian dua hal yang jika kalian berpegang teguh kepadanya tidak akan tersesat. Yaitu kitab Allah dan Sunnah rasul-Nya.”
“Dengan kata lain, menggali nilai-nilai al-Quran dan Sunnah apakah ini berarti sombong? Sesungguhnya tidak, bahkan lebih simpel,” ujarnya.
Dia juga membuka pertanyaan, “Apakah Muhammadiyah tidak suka terhadap madzhab?”
Prof Syafiq menjawab sendiri, “Suka. Semuanya kita pelajari dan kita gali sedalam-dalamnya karena itu adalah kekayaan intelektual umat Islam yang sangat berharga dan masih harus kita kaji kembali khazanah pemikiran Islam.”
Dia menegaskan, Muhammadiyah dalam memahami al-Quran terkadang harfiah (sesuai nasatau leterlek [Belanda letterlijk]). Kadang tidak harfiah. “Tergantung apa yang kita pahami. Berbeda dengan kelompok salafi yang berpegang teguh pada nas tidak mau bergeser sedikit pun dari nas,” paparnya.
Sebagai contoh bagaimana memahami hadits tentang rukyah berdasarkan hadits: صُومُوا لِرُؤْيَتِهِ وَأَفْطِرُوا لِرُؤْيَتِهِ
“Berpuasalah kamu saat melihatnya (hilal) dan berifthar (lebaran) saat melihatnya.” (HR Bukhari dan Muslim)
“Itu tidak cukup diartikan secara harfiah,” katan Utusan Khusus Presiden RI untuk Dialog dan Kerja Sama Antaragama dan Peradaban tahun 2018-2019 itu.
Dia juga memberi contoh soal budak dalam surat al-Mukminun ayat 5-6. Bahwa tanda orang Mukmin yang beruntung salah satunya: menjaga kemaluan kepada istri-istrinya dan budak-budaknya (pada zaman Rasulullah SAW).
“Sekarang sudah tidak bisa karena sudah tidak ada perbudakan,” ujarnya.
Baca sambungan di halaman 3: Ijtihad dan Tajdid