Sarat Berkah
Apapun itu, hari Arafah dan Idul Adha yang bersamaan dengan di Arab Saudi tahun ini memberi berkah pada Muhammadiyah. Ini terutama karena terjadi perbedaan antara Muhammadiyah dengan Pemerintah Republik Indonesia dan Nahdlatul Ulama.
Pertama, warga Muhammadiyah tidak merasa sendirian karena ada ormas dan kelompok lain yang nanti pada Jumat 8 Juli 2022 akan puasa Arafah dan dilanjutkan shalat Idul Adha pada Sabtu 9 Juli 2022. Seperti biasa jika terjadi perbedaan seperti ini—terutama jika mendahului—-maka tempat-tempat shalat Idul Adha yang digelar oleh Muhammadiyah akan membeludak.
Ini menjadikan syiar Muhammadiyah tentang sunnahnya shalat Id di lapangan semakin semarak dan dekat di hati masyarakat.
Kedua, harus diakui di internal Muhammadiyah sendiri masih ada yang berpaham Idul Adha ikut Arab Saudi. Maka tahun ini tak ada riak-riak kecil soal itu.
Ketiga, pimpinan dan warga Muhammadiyah tak perlu banyak mengeluarkan energi untuk menjawab berbagai ‘serangan’ kelompok penganut paham hari Arafah dan Idul Adha harus mengacu pada pelaksanaan haji.
Energi ini akan diambil-alih oleh Kementerian Agama dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) sebagai representasi keulamaan pemerintah. Juga para tokoh dan warga Nahdhatul Ulama. Merekalah tahun ini yang harus menjelaskan, mengapa boleh berbeda hari Arafah dan Idul Adha dengan Arab Saudi. Dan untuk sementara Muhammadiyah bisa fokus menyongsong muktamar ke-48 di Solo, 18-20 November 2022.
Tapi, bagaimanapun, di tengah persamaan dan perbedaan ini, umat Islam tetap harus mengedepankan toleransi untuk saling menghormati keyakinan masing-masing. Sembari mari berusaha keras mewujudkan kalender Islam global. Meski sulit tapi bukan hal yang mustahal. (*)