Fenomena Hijrah Milenial, Jangan Sekadar Tren dan Instan. Penulis Miftahull Ilmi, wartawan majalah Matan; kontributor PWMU.CO.
PWMU.CO – Dewasa ini fenomena gerakan ‘hijrah’ ramai diminati oleh anak muda. Utamanya generasi Muslim milenial perkotaan dari kalangan bawah sampai menengah ke atas.
Ada selebritas muda yang awalnya hidup penuh glamor dan foya-foya berubah menjadi santri yang rendah hati. Seorang perempuan muda yang awalnya tidak berhijab kemudian berubah menjadi Muslimah dengan jilbab panjang atau yang populer dengan sebutan jilbab syar’i. Dan tentu masih banyak contoh lagi.
Ungkapan ‘sudah hijrah’ seperti menjadi pertanda makin matangnya kesadaran keagamaan seseorang. Tren Hijrah karuan saja bisa dinilai sebagai fenomena positif selama itu dimaknai sebagai upaya individu-individu untuk berubah dari yang buruk menjadi lebih baik dengan cara belajar Islam secara sungguh-sungguh dan menyeluruh.
Bukan malah belajar secara instan yang justru melahirkan pribadi-pribadi dengan pemahaman agama setengah-setengah, pemikiran yang cenderung tekstual serta simbolik.
Spiritualitas Gersang
Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur, Dr Muhammad Sholihin melihat banyaknya gerakan hijrah di kalangan anak muda disebabkan oleh kondisi spiritualitas masyarakat yang sedang gersang. Nilai-nilai keagamaan mulai berkurang, sedangkan kesibukan semakin tinggi, perubahan cepat, dan problematika sosial semakin banyak.
“Dengan persoalan ekonomi saat ini yang semakin sulit membuat orang sadar bahwa dalam berusaha juga harus dibarengi dengan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Sehingga orang-orang akan melihat nilai-nilai agama sebagai sebuah solusi juga pegangan yang bisa menentramkan hati,” simpulnya.
Sholihin menjelaskan, hijrah tidak hanya bermakna peningkatan religiusitas. Tapi juga bisa diartikan sebagai aktivitas berpindah atau berubah ke arah yang lebih baik dari segi ekonomi, sosial, maupun politik.
Perubahan sangat diperlukan karena mengandung harapan. Tidak hanya pada diri sendiri, melainkan harapan bagi orang lain.
“Pelajaran yang bisa kita ambil dari hijrah pada masa Rasulullah SAW bahwasanya perjuangan itu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Dalam berhijrah itu butuh perjuangan, strategi dan tujuan, sehingga akhirnya Islam bisa berkembang sampai saat ini,” terangnya.
Baca sambungan di halaman 2: Jangan Cuma Tren