Jangan Cuma Tren
Guru SD Muhammadiyah 4 Pucang Surabaya itu mengatakan, hijrah harus betul-betul ikhlas karena Allah SWT. Diniatkan untuk mengembangkan ajaran Agama Islam, bukan untuk keuntungan pribadi. Oleh karena itu, sangat penting menata niat sebelum berhijrah.
“Famankana Hijratuhu illallah Wa Rasulihi Fahijratuhu Illallah Wa Rasulihi. Barang siapa yang berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya akan diterima dan diberi kemudahan oleh Allah. Tapi kalau niatnya bukan itu maka tidak akan diridhoi oleh Allah,” ujar dia mengutip sebuah hadis.
Dia berharap, fenomena hijrah di kalangan anak muda tidak hanya berhenti pada tren. Tapi harus ditingkatkan menjadi nilai fundamental di tengah masyarakat. Bahwa hijrah harus menjadi nilai yang baik dan harus dimaknai secara luas.
Seperti nilai-nilai spiritualitas, nilai humanitas, nilai moralitas, nilai universalitas, dan nilai demokratis. Sehingga bisa berdampak kepada kesejahteraan masyarakat, baik dunia maupun akhirat.
“Saya sangat senang dengan adanya tren Hijrah di kalangan anak muda. Dan menurut saya sudah bagus kalau anak muda mempunyai gerakan Hijrah juga bisa dijadikan sebagai bagian dakwah amar makruf nahi mungkar,” ujarnya.
Tetapi, sambungnya, jangan berhijrah itu karena tren dan mode sehingga nanti mereka salah menafsirkan makna Hijrah. Islam adalah agama dengan nilai-nilai yang bersifat universal.
Menurut Sholihin, ajaran agama ini harus diimplementasikan kepada masyarakat secara kaffah. Maka, umat Islam perlu berupaya untuk mendakwahkan Islam kepada semua orang, tidak hanya kepada Muslim saja. Begitu pula upaya Rasulullah yang menekankan nilai-nilai Islam di masyarakat dalam hijrahnya.
Bagaimana ulasan selengkapnya? Baca di majalah Matan edisi Juli 2022. Info pemesanan: 08813109662 (Oki). (*)
Editor Mohammad Nurfatoni