Hati-Hati Termakan Bualan di Media Sosial; Liputan Kontributor PWMU.CO Gresik Sayyidah Nuriyah.
PWMU.CO – Pemimpin Redaksi PWMU.CO Mohammad Nurfatoni mengajak peserta Pengajian Ahad Pagi untuk waspada hoaks (berita bualan) di balik media sosial.
Pengajian bertema ‘Dakwah Digital di Era Membual’ itu digelar Pimpinan Daerah Muhammadiyah Tulungagung, di Masjid Al Fattah Tulungagung, Ahad (3/7/22).
Awalnya, Fatoni—sapaan akrabnya—mengenalkan sarana dakwah digital kepada ratusan jamaah pengajian yang hadir.
Menurutnya, tugas dakwah yang ditanamkan oleh Nabi Muhammad diteruskan oleh pendiri Muhammadiyah KH Ahmad Dahlan, itu sekarang memakai memakai sarana berbeda, meski dakwahnya tetap.
Dia mencontohkan, dakwah tatap muka seperti pagi itu tetap ada. Tapi waktu pandemi Covid-19 melanda, mereka beralih pakai video konferensi misalnya pakai Zoom Cloud Meetings. “Karena ada internet dan platform digital, pengajian masih bisa jalan. Itu peran media sosial,” imbuhnya.
Alhasil, Direktur Kanzun Book itu beragan-angan tentang jalannya pengajian rutin bulanan yang sedang mereka ikuti.
“Ini misal live streaming pakai Instagram atau YouTube, yang (bisa) nggak datang ke sini bisa melihat, jadi hybrid. Ada yang tatap muka langsung, ada yang daring,” ungkapnya.
Menyadari kegiatan itu baru bisa dinikmati para jamaah yang hadir langsung saja, Fatoni pun memberi alternatif lain. “Atau nanti setelah direkam, di-upload di YouTube, nanti bisa tetap melihat yang gak datang,” tambahnya.
Dia menegaskan, “Satu lahan dakwah, positifnya luar biasa!”
Waspada Hoaks
Kemudian, Fatoni juga mengingatkan, di era orang-orang mudah membual ini, media sosial juga punya sisi negatif atau kelemahan. “Media sosial menjadi lahan penyebaran hoaks, berita bohong,” terang Wakil Ketua Lembaga Informasi dan Komunikasi (LIK) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur itu.
Berita seperti itu, kata Fatoni, lebih banyak tersebar dari WhatsApp, karena mudahnya mengirim pakai tulisan biasa (chat). “Sering berita PWMU.CO yang resmi, disalin di WhatsApp, tulisan teks biasa bukan dalam link, lalu ada yang dikurangi dan ditambahi. Itu menimbulkan bias. Hati-hati!” tuturnya.
Penggunaan WhatApp yang sangat popular di Indonesia itu, menurutnya, bisa membantu tersebarluasnya berita hoaks dengan cepat, di samping tentu saja kebaikan-kebaikan. Menguitp data Hootsuite (We are Social) Februari 2022, Fatoni menambahkan, untuk jenis media sosial yang terbanyak digunakan di Indonesia adalah Whatsapp di Indonesia sebanyak 88,7 persen dari jumlah populasi; Instagram 84,8 persen; Facebook 81,3 persen; dan TikTok 63,1 persen.
Selain memanipulasi berita asli, Fatoni menyebutkan ada juga berita bohong yang sengaja dibuat, lalu disebarkan. Dia pun mencontohkan dampaknya. Misal berita tokoh ternama meninggal. Orang yang dapat berita itu langsung meneruskan tanpa mengecek dulu.
“Kecenderungan kita ingin jadi orang paling pertama yang menyebarkan berita itu. Hanya baca judul, langsung share!” simpulnya.
Baca sambungan di halaman 2: Pentingnya Tabayun