Pelatihan Hari Kedua
Rangkaian kegiatan di hari terakhir adalaha pemaparan hasil pembuatan soal yang telah diselesaikan di hari pertama. Pemaparan yang dilakukan secara acak akan dibedah, dianalisis apa yang perlu ditambahkan, dan dihilangkan dalam pembuatan soal AKM.
“Perbedaan level harus diperhatikan. Untuk numerasi level satu hanya untuk menghitung yang sederhana. Sedangkan level 2 dan 3 diberikan penambahan angka dan memiliki beberapa kali untuk menghitung,” terang Lilin.
Perbedaan soal numerasi per level dijelaskan Lilin saat pemaparan soal yang telah dibuat. Pemaparan dan penjelasan dia lakukan untuk memperjelas lagi untuk mengantisipasi kesalahan berikutnya, sehingga soal memang benar AKM, bukan di AKM-AKM-an.
Ibarat Gelas Kosong
Ketua Pelaksana Pelatihan Suyeni SPd—atau yang akrab disapa Us Yeni—menegaskan betapa pentingnya meningkatkan kemampuan guru dalam membuat soal yang bermutu, berkualitas dan tentunya yang HOTS. Ia merasa soal-soal yang dibuat oleh guru-guru perlu di-upgrade untuk meningkatkan critical thinking pada siswa yang luar biasa.
“Ibaratkan gelas yang kosong saat menimba ilmu,” ujarnya.
Us Yeni menegaskan ilmu selalu mengalami perkembangan demikian pula kurikulum, selalu berubah. Sebab para siswa sekarang lebih kritis cara berpikirnya. Jadi sebagai harus menyeimbangkan cara berpikir siswa dengan guru.
“Saya berharap ke depannya agar ustadz dan ustadzah terus berlatih untuk membuat soal yang unik, menarik, dan HOTS untuk menciptakan generasi yang berkualitas” Sambungnya.
Menurut dia, ilmu yang telah didapatkan para guru dapat diterapkan dalam pembuatan soal untuk penilaian harian (PH), penilaian akhir semester (PAS), penilaian tengah semester (PTA) atau yang lainnya.
Sebab, “Soal yang bermutu dapat mengukur tingkat pencapaian siswa dalam memahami, menganalisis hingga memecahkan masalah.” (*)
Editor Mohammad Nurfatoni