Pendapat yang Kuat
Para ulama saat ini hampir sepakat bahwa yang diperintahkan untuk disembelih itu adalah Ismail alihissalam. Karena berdasar atsar atau keterangan dari sebagian sahabat nabi dan tabiin. Hal ini didasarkan pada beberapa hal di antaranya:
Pertama, bahwa putra beliau yang pertama adalah Nabi Ismail dari Hajar. Sedangkan Nabi Ishaq terlahir berikutnya dari Sara. Dalam tafsir Ibnu Katsir disebutkan Nabi Ibrahim memiliki putra Ismail saat beliau usia 86 tahu, sedangkan Ishak pada usia beliau 99 tahun.
Allah memberikan kabar bahwa Nabi ishaq akan memiliki putra yaitu Nabi Ya’qub, dan dari Nabi Ya’kub ini memiliki putra yaitu Nabi Yusuf alaihimussalam. Bagaimana ada perintah menyembelih Ishaq sementara beliau dikabarkan akan memiliki putra Ya’qub.
قَالُواْ لَا تَوۡجَلۡ إِنَّا نُبَشِّرُكَ بِغُلَٰمٍ عَلِيمٖ
Mereka berkata: “Janganlah kamu merasa takut, sesungguhnya kami memberi kabar gembira kepadamu dengan (kelahiran seorang) anak laki-laki (yang akan menjadi) orang yang alim”. (al-Hijr: 15)
وَٱمۡرَأَتُهُۥ قَآئِمَةٞ فَضَحِكَتۡ فَبَشَّرۡنَٰهَا بِإِسۡحَٰقَ وَمِن وَرَآءِ إِسۡحَٰقَ يَعۡقُوبَ
Dan istrinya berdiri (di balik tirai) lalu dia tersenyum, maka Kami sampaikan kepadanya berita gembira tentang (kelahiran) Ishak dan dari Ishak (akan lahir puteranya) Ya’qub. (Hud: 71)
Kedua, bahwa Nabi Ishaq tinggal di Syam sekitar Baitul Maqdis, sedangkan Nabi Ismail tinggal di Mekah dekat dengan dengan Mina sebagai tempat terjadinya peristiwa penyembelihan.
Ketiga, sebagaimana dalam ayat di atas (ash-Shafat: 102) sifat yang dimiliki anak tersebut adalah penyabar, dan yang memiliki sifat sabar ini adalah Ismail alaihissalam. Hal ini sesuai dengan firman Allah yang lain sebagai berikut:
وَإِسۡمَٰعِيلَ وَإِدۡرِيسَ وَذَا ٱلۡكِفۡلِۖ كُلّٞ مِّنَ ٱلصَّٰبِرِينَ
Dan (ingatlah kisah) Ismail, Idris dan Dzulkifli. Semua mereka termasuk orang-orang yang sabar. (al-Anbiya’: 85)
Kaum Bani Israil dari kalangan Yahudi dan Nasrani sangat berkepentingan dalam hal yang diperintahkan untuk disembelih ini, karena Ishaq adalah nenek moyang mereka sedangkan Ismail adalah nenek moyang bagi bangsa Arab.
Makna Nama Ismail
Nama Ismail merupakan kata ‘ajam, sehingga termasuk isim ghairu munsharif atau nama yang tidak dapat di-tashrif. Dalam kitab Tajul Arus as-Sayyid az-Zubaidi berkata bahwa Ismail itu artinya muthi’ullah yakni yang taat kepada Allah.
Di antara ahli bahasa Ismail itu dari dua kata yaitu sami’a dan il. Sami’a berarti mendengar dan il dalah nama Allah yang Agung, sehingga tersusun menjadi asma’ahullah amarahu faqama bihi. Yakni ia mendengar perintah Allah dan menegakkannya. Atau yasma’u minallahi qaulahu faatha’ahu yakni ia mendengar firman Allah maka ia menaatinya.
Demikian di antara perbedaan pendapat tentang perintah siapa yang disembelih. Perbedaan sejak dulu selalu ada karena masing-masing memiliki sudut padang atau persepektif yang berbada, dan hal tersebut selalu dipengaruhi oleh subjektivitas masing-masing-masing pribadi.
Maka tidak seharusnya dan tidak sepatutnya perbedaan itu kemudian menjadi perpecahan di tengah umat. Justru jika terjadi perpecahan itu menunjukkan ketidakdewasaan seseorang atau kelompok terhadap suatu masalah, bahkan ia telah menunjukkan kedangkalan ilmunya dalam bidang tersebut.
Terpenting adalah ibadah kurban ini hendaknya menjadikan momentum bahwa setiap pribadi Muslim hendaknya siap berkurban karena Allah Subhanahu wa Taala. Bagi setiap Mukmin tidak kata lain kecuali siap menjalankan tugas yang dibebankan kepadanya. Tidak lagi berfikir untung rugi secara keduniawiayaan akan tetapi lebih pada pertimbangan kepentingan ukhrawinya. Wallahu a’lam bishshawab. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni
Ismail atau Ishaq yang Dikurbankan Nabi Ibrahim? Adalah versi online Buletin Jumat Hanif Edisi 30 Tahun XXVI, 8 Juli 2022/9 Dzulhijjah 1443