Dari K13 ke Kurikulum Merdeka, Istilah-Istilah Inipun Berganti; liputan Ria Rizaniyah, kontributor PWMU.CO Gresik.
PWMU.CO – In House Training (IHT) Implementasi Kurikulum Merdeka diikuti guru SMP Muhammadiyah 12 GKB (Spemdalas) Gresik, Selasa-Jumat (5-8/7/22).
Waka Pengembangan Pendidikan Spemalas Jamilah SSi MPd menyampaikan kegiatan IHT ini adalah pengimbasan dari kegiatan diklat online sekolah penggerak.
“Meskipun judulnya in house training tetapi materi yang disampaikan sangat mengena dan kemasan kegiatan menarik dan tidak monoton,” jelasnya.
Dia menjelaskan, Komite Pembelajaran Spemdalas benar-benar all out dalam menyampaikan materi.
“Seluruh peserta juga sangat antusias dan gembira dalam menerima dan menyerap pengetahuan baru terkait kurikulum merdeka belajar,” ujarnya.
Kepala SMP Muhammadiyah 12 GKB Fony Libriastuti MSi menyampaikan Komite Pembelajaran Spemdalas terdiri dari lima guru: Fony Libriastuti MSi, Yugo Triawanto SSi, Evi Mauludina SPd, Sumiah SPd, dan Haifa Marta SPd.
“Komite Pembelajar Spemdalas sungguh luar biasa, kompak dan atraktif. Pembelajaran yang diperoleh dari fasilitator sekolah penggerak bisa mereka sampaikan secara gamblang kepada rekan sejawat,” jelasnya.
Kurikulum sesuai Kebutuhan
Pemateri IHT pertama, Evi Maulidina SPd, menyampaikan orientasi program sekolah penggerak serta refleksi pembelajaran paradigma baru kurikulum merdeka.
“Implementasi kurikulum oleh satuan pendidikan harus
memperhatikan ketercapaian kompetensi peserta didik pada satuan pendidikan dalam kondisi khusus,” jelasnya.
Dia menerangkan, masa pandemi Covid-19 merupakan salah satu kondisi khusus yang menyebabkan ketertinggalan pembelajaran (learning loss) yang berbeda-beda pada ketercapaian kompetensi peserta didik.
Untuk mengatasi ketertinggalan pembelajaran (learning loss), sambungnya, diperlukan kebijakan pemulihan pembelajaran dalam jangka waktu tertentu terkait dengan implementasi kurikulum oleh satuan pendidikan.
“Implementasi kurikulum oleh satuan pendidikan dapat menggunakan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran peserta didik dan harus memperhatikan ketercapaian kompetensi peserta didik di satuan pendidikan dalam rangka pemulihan pembelajaran. Maka satuan pendidikan diberikan opsi dalam melaksanakan kurikulum,” jelasnya.
Dia melanjutkan, kurikulum merdeka adalah kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang beragam di mana konten akan lebih optimal agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi.
Guru memiliki keleluasaan untuk memilih berbagai perangkat ajar sehingga pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan belajar dan minat peserta didik.
“Projek untuk menguatkan pencapaian Profil Pelajar Pancasila dikembangkan berdasarkan tema tertentu yang ditetapkan oleh
Pemerintah,” katanya.
Projek tersebut tidak diarahkan untuk mencapai target capaian pembelajaran tertentu, sehingga tidak terikat pada konten mata pelajaran.
“Ada enam dimensi profil pelajar Pancasila yaitu beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong-royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif.
Baca sambungan di halaman 2: Perubahan Istilah