Cinta Butuh Pengurbanan, Ibrah Kisah Nabi Ibrahim; Liputan kontributor PWMU.CO Kabupaten Jember Wulidatul Aminah.
PWMU.CO – Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Patrang bersama Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Kreongan menyelenggarakan shalat Idul Adha di Stadion Notohadinegoro Jember, Sabtu (9/7/22).
Shalat Idul Adha kali ini diimami oleh khatib Firdaus SPd dan khatib Dr Dhian Wahana Putra MPdI.
Dalam khutbanya, dosen Pendidikan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Jember ini menyampaikan syariat Nabi Ibrahim alaihissalam (AS), di mana saat Nabi Ibrahim AS bermimpi mendapatkan perintah dari Allah SWT.
“Selama tiga malam berturut-turut Nabi Ibrahim AS bermimpi dengan perintah yang sama,” tuturnya.
Ustad Dhian, panggilan akrabnya, menambahkan, setelah mimpi yang ketiga, barulah Nabi Ibrahim berani menyampaikan perintah tersebut kepada putranya: Nabi Ismail.
“Wahai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpiku Allah memerintahkan kepadaku untuk menyembelihmu, maka pikirkanlah pendapatmu,” tuturnya.
Mendengar ucapan ayahnya—karena bukan anak yang suka membantah—Nabi Ismail lantas tidak ragu menjawab, “Wahai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan oleh Allah kepada mu, sesungguhnya kita termasuk orang-orang yang sabar,” tuturnya.
Dia menerangkan, kronologi kisah Nabi Ibrahim AS dan nabi Ismail AS secara sistematis, Allah kabarkan dalam surat Ash-Saffat ayat 101-108.
Dari kisah Nabi Ibrahim ini, katanya, ada pengorbanan di balik cinta. “Ayah dan putranya tersebut rela berkorban demi kecintaan mereka kepada Allah SWT,” ujarnya.
“Ketika kita mengungkapkan kecintaan kita kepada Allah, sudahkah kita berkorban demi Allah?” tanyanya retoris kepada jamaah.
“Sesungguhnya ketika kita mengucapkan inna shalati wanusuki wamahyaya wamamati lillahirabbil alamin, maka, apa perwujudan dari bukti kecintaan kita itu?” tanyanya lagi.
Baca sambungan di halaman 2: Tiga Hikmah