Khutbah Menyentuh
Khutbah Arafah di tenda nomor 2 disampaikan oleh KH Miftahul Huda, Ketua Rombongan sekaligus pembimbing haji KBIH Azzubairiyah. Sedangkan imam shalat Dhuhur dan Ashar dipimpin oleh Kholisun Ketua Rombongan 6 dari KBIH Babussalam asal Pulau Bawean.
Dalam khutbahnya yang menyentuh, KH Miftahul Huda menyampaikan semoga kehadiran kita saat ini menjadi saksi dihadapan Allah kelak bahwa kita pernah di sini, di Padang Arafah.
Khatib berpesan agar kita dapat melaksanakan prosesi ibadah haji dengan baik, sehingga menjadi haji mabrur.
Khatib mengajak para jamaah untuk menjadi orang bertakwa. Melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Jaminan bagi orang bertaqwa adalah diberi oleh Allah jalan keluar dari setiap kesulitan. Lalu diberi rizki yang tidak disangka-sangka. Dan barang siapa bertawakkal kepada Allah maka Allah akan mencukupinya.
Miftahul Huda menerangkan arti Arafah adalah mengetahui atau mengerti. Barang siapa mengenal dirinya, niscaya dia akan mengenal Tuhannya, yaitu Allah SWT.
Menurutnya peristiwa Ibadah Haji dimulai saat peristiwa 8 Dzulhijjah, ketika Nabi Ibrahim As bermimpi menyembelih putranya Ismail AS. Saat itu Nabi Ibrahim AS masih mikir-mikir atau ragu-ragu. Mikir-mikir atau ragu-ragu itulah yang dinamakan tarwiyah, artinya hari mikir-mikiratau ragu-ragu.
Pada 9 Dzulhijjah Nabi Ibrahim bermimpi lagi dengan mimpi yang sama dengan hari sebelumnya. Pada 9 Dzulhijjah ini Nabi Ibrahim As hatinya menjadi mantab dan meyakini bahwa mimpinya datang dari Allah SWT. Sehingga hari itu disebut Hari Arafah yang artinya hari mengetahui atau mengenal.
Maka pada 10 Dzulhijjah dilaksanakanlah penyembelihan terhadap puteranya Ismail AS.
Ada dialog yang sangat fenomenal antara Nabi Ibrahim dan puteranya Ismail, yang masih kecil. Ketika ditanya oleh Ibrahim bahwa dia bermimpi untuk menyembelihnya, Ismail pun menjawab jika itu perintah Allah maka laksanakanlah. Insya Allah aku termasuk orang-orang yang sabar (ash-Shaffat 102).
Ternyata hal itu adalah ujian dari Allah SWT. Seketika itu datang Malaikat mengganti Ismail dengan domba.
Khutbah ditutup dengan doa-doa yang menyentuh. Tidak sedikit jamaah yang terisak dan mata berkaca-kaca. “Semoga apa yang kita hajatkan di Arafah ini di-ijabah oleh Allah SWT,” ujar KH Miftahul Huda.
Selanjutnya jamaah berzikir dan berdoa. Ada melaksanakan secara bersama-sama dan ada yang sendiri. Ada yang berdoa di dalam tenda. Namun tidak sedikit yang memilih berdoa di luar tenda, walau cuaca panas mencapai 43 derajat Celcius. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni