Penjual Krupuk Ikan
Bagi Pak Is, membuat krupuk ikan yang dijual dalam bentuk mentahan ini sudah menjadi penyambung dan penyangga keluarga. Hasil penjualannya bisa menyekolahkan ketiga anaknya yang sudah ‘mentas’ semua.
“Anak laki-laki pertama tamatan SMA, dan dua putrinya lulus dari bangku kuliah semua. Sekarang mereka sudah berkeluarga dan rumahnya sudah pisah semua,” ungkapnya.
Ketiga anaknya sekarang juga meneruskan usaha rumahan dengan membuat krupuk ikan. Awalnya, kemasan krupuknya tanpa merek, sekarang barang dagangannya diberi label.
“Anak yang terakhir memberi nama merek krupuknya dengan nama Faris Putra,” katanya.
Membuat krupuk yang sudah ditekuni tahun 1997 ini sekarang banyak dibeli oleh orang dari Gresik, Surabaya, dan Tuban. Mereka langsung datang ke rumah. Dia dan anak-anaknya juga menyediakan pembelian secara online alias barang bisa dikirim ke lokasi pembeli.
“Awal pembuatan tahun 1997, saya dibantu istri dan anak pertama yang dulu masih duduk di bangku SMA,” tuturnya.
Untuk ikan yang dicampurkan dalam adonan bahan krupuk, lanjutnya, dibeli dari pasar ikan di daerah Blimbing Lamongan. “Ini yang bahan utama utama krupuk olahan saya,” tambahnya.
Sekarang, dia menjalani ibadah haji sendirian, tanpa hadirnya istri yang dikasihinya. Tergabung dalam KBIH Baitul Atiq, keseharian dia saat ibadah di Masjidil Haram bersama dengan Basori Alwi, teman sekamar yang usianya hampir sama.
“Sedih saat mengenang kebersamaan istri saat Umrah dulu. Sekarang hanya bisa mendoakan saja di Masjidil Haram, semoga dia ditempatkan di surga,” tandasnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni