Ribuan Jamaah Penuhi Stadion Ketonggo Ngawi, Ada yang Dapat Berkah; Liputan Imam Syamsudin, kontributor PWMU.CO Ngawi.
PWMU.CO – Takbir, tahmid, dan tahlil menggema di langit Ngawi, saat jamaah tumpah ruah memenuhi stadion Ketongo, sebelum saat dilaksanakannya shalat Idul Adha, Sabtu (9/7/2022). Sejak pukul 05.30 WIB mereka mulai memadati stadion.
Shalat yang sedianya dilaksanakan pukul 06.15 harus ditunda karena masih banyak jamaah yang berada di luar stadion karena kesulitan mendapatkan parkir kendaraan.
Lewat pengeras suara, Suyanto, ketua panitia menyampaikan bahwa shalat akan dilaksanakan pukul 06.30 WIB, atau mundur 15 menit.
Jamaah yang membeludak ini tampak begitu khusuk, saat dr Supandi Hasan sebagia imam shalat melantunkan bacaan al-Quran dengan merdu.
“Bacaan imamnya enak, walaupun surat yang dibaca panjang tapi tak membuat kami lelah,” ungkap Shofiana, salah satu jamaah yang berada di barisan belakang.
Dr Sarifan Nurjan yang bertindak selaku khatib mengajak jamaah untuk menjadikan kisah Nabi Ibrahim sebagai inspirasi dalam rangka meluruskan niat dan motivasi untuk memperjuangkan kebenaran, keadilan, dan kesejahteraan.
Dia juga menyampaikan kurban mengajarkan kita untuk bersikap dermawan, menjadikan kurban sebagai ibadah mahdah, dan juga sebagai simbol pembunuhan sifat-sifat kebinatangan dalam tubuh manusia serta kita wajib memuliakan harkat manusia.
Pelaksanaan shalat yang dalam kawalan Polres Ngawi ini berakhir pada pukul 07.30 WIB. Panitia melaporkan secara langsung hasil kotak infak sebanyak Rp 20.627.500.
Anis Yuliarso atas nama Pimpinan Daerah Muhammadiyah Ngawi mengucapkan terima kasih kepada seluruh jamaah dan juga panitia atas terselenggaranya shalat id kali ini, Dia meminta maaf atas kekurangan dalam pelayanan shalat.
Membawa Berkah
Selain menghadirkan kekhusukan jamaah, shalat Idul Adha ini juga mampu memberikan berkah bagi petugas parkir dan pedagang asongan. Seperti pedagang mainan anak-anak yang memanfaatkan momen ini untuk mengais rezeki.
Tampak hadir di tengah stadion adalah beberapa pedagang plastik, yang digunakan sebagai tikar. “Alhamdulillah, Mas. Saya bersyukur tidak kesiangan,” tutur Mardiyanto, seorang pedagang tikar plastik dari Desa Grudo yang hadir bersama temannya.
Mardiyanto tampak sumringah. Pagi ini ia telah menjual 300 lembar tikar plastik bersama temannya, dengan harga Rp 5.000 tiap lembarnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni