PWMU.CO– RSA (Rumah Sakit Aisyiyah) Siti Fatimah Tulangan, Sidoarjo, menyembelih 2 sapi berbobot lebih dari setengah ton pada Idul Adha, Senin (11/7/2022).
Besarnya sapi ini menarik perhatian karyawan RSA dan masyarakat yang datang. Sebelum penyembelihan, mereka berebut untuk foto selfie bersama sapi bali warna coklat kehitaman ini. 2 sapi besar ini kurban dari direktur, dokter spesialis dan patungan karyawan rumah sakit melalui unit rumah sakit, di bawah koordinasi IKKM (Ikatan Karyawan Kesehatan Muhammadiyah) RSA Siti Fatimah.
Ketua Panitia Idul Kurban, Dwi Anzar, AMd RMIK menjelaskan, penyembelihan hewan ditangani oleh tim khusus dari penjual sapi. Tidak ada kesulitan bagi tim untuk merobohkan dan menyembelih sapi besar. ”Alhamdulillah, kami sudah terbiasa menyembelih hewan kurban” ujar Cak Eko, sapaan akrab koordinator tim, M. Eko Prasetyawan.
Ketua IKKM, Nurus Sa’diyah, SKep Ns berharap tahun depan RS Siti Fatimah dapat berkorban untuk sapi berbobot satu ton lebih. Dia yakin, dari pengalaman ini, insya Allah tahun depan kegiatan penyembelian makin lancar meskipun mendapat sapi sebesar satu ton.
Penanganan daging kurban dan pembagiannya cepat diselesaikan berkat kerja sukarelawan Srikandi Aisyiyah rumah sakit yang dikomando Lailil Fitriyawati, SE dan Astutik, AMd Keb. ”Seperti pengurbanan Nabi Ibrahim dan Ismail, maknanya sekarang kita harus menyembelih sifat kebinatangan yang masih ada di diri seperti sikap tidak peduli, rakus, serakah dan korupsi,” kata Mbak Fitri berfilosofi.
Daging kurban dibagikan kepada pasien, karyawan, warga di sekitar rumah sakit dan desa sekitar. Direktur RS Aisyiyah Siti Fatimah, dr Tjatur Prijambodo, MKes, mengatakan, kurban (qurban) berasal dari Bahasa Arab ‘Qariba’ yang bermakna mendekatkan atau dekat.
Maka kegiatan menyembelih hewan kurban ini bertujuan untuk melaksanakan perintah Allah SWT,sekaligus mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Idul Adha ini sebagai bagian dari peningkatan ketakwaan, keikhlasan dan kesabaran seluruh ubsur di rumah sakit.
”Pembagian daging kurban sebagai bentuk syiar Islam dan Persyarikatan Muhammadiyah serta meningkatkan solidaritas sosial dan ukhuwah di antara karyawan dengan masyarakat,” kata dokter Tjatur. ”Dengan demikian keberadaan rumah sakit ini terasa manfaatnya bagi masyarakat,” sambungnya. (*)
Editor Sugeng Purwanto