Save Your Body
Bu Riza menegaskan, pada masa ini kita mengenalkan save your body, jaga tubuhmu. “Anak laki-laki dari pusat sampai di atas lutut, muka ke belakang, ini ayahnya yang ngomong. Anak perempuan, dari hidung sampai di atas lutut, muka ke belakang, ibunya yang ngomong,” jelas Satgas Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Jawa Timur ini.
Tidak boleh ada yang menyentuh, tidak boleh diraba-raba, tidak boleh dijadikan permainan, tidak boleh dijadikan guyonan. “Kalau ada yang ganggu kamu, kamu harus teriak. Tolong!” tegasnya.
Pelaku kejahatan bisa saja temannya. Bisa saja gurunya. Bisa di pesantren. bBisa di sekolah manapun. ”Kenapa banyak pelaku? Karena medsos mempengaruhi proses berpikir seseorang,” ujarnya.
“Yang boleh memegang tubuh anak, yang pertama, ayah atau bunda etika sedang memakaikan pakaian. Kedua tenaga medis, dokter, perawat, kalau adik lagi sakit. Tetapi harus ada ayah ada bunda. ketiga tukang jahit kalau lagi ngukur pakaian,” jelasnya.
Mengajari identias pada usia 3-5 tahun ini menjadi penting, lanjutnya, supaya anak kita gede-gede-nya tidak menjadi anak yang gemoy. “Anak cowok, hai (gaya seperti perempuan),” ucapnya sambil menirukan suaranya.
Apalagi medsos sekarang luar biasa. Hubungan sesama jenis sudah dianggap biasa. Kontak sesama jenis dianggap biasa. Anak perempuan gagah-gagahan, gaya-gayaan. “Hati-hati bapak ibu karena mau menghancurkan sebuah negara hancurkan anaknya,” tegasnya.
Karena, kejadian kekerasan seksual sekarang 80 persen menyerang anak-anak di usia SD ke bawah, yang pelakunya teman-teman sebayanya. “Jadi jangan dianggap remeh,” tuturnya.
Baca sambungan di halaman 3: Kasih Sayang Ortu