Sejak Lahir Muhammadiyah Memelopori Islam sebagai Agama Peradaban; Liputan Kontributor PWMU.CO Gresik Sayyidah Nuriyah.
PWMU.CO – Muhammadiyah sejak awal kelahirannya sudah memelopori Islam sebagai agama peradaban. Demikian Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Dr KH Haedar Nashir MSi mengungkapnya pada pengajian umum di Masjid Taqwa SMP Muhammadiyah 12 GKB Gresik, Senin (11/7/22) malam.
Prof Haedar—sapaannya—mengaitkannya dengan penjelasan Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur Dr Saad Ibrahim MA saat sambutan sebelumnya. Dia mengungkap bagaimana Islam dalam tempo 23 tahun, di bawah kerisalahan Muhammad SAW, mampu mengubah sebuah desa kecil menjadi kota peradaban yang tercerahkan.
Menurutnya, tentu di dalamnya ada risalah utama dari Islam itu sendiri yang hadir sebagai dinul khadarah. “Dinul khadarah yakni sebagai agama yang membangun peradaban berkemajuan,” imbuhnya.
Prof Haedar lantas menerangkan, mengapa Islam yang dibawa Nabi akhir zaman, justru mampu melahirkan puncak peradaban Madinah yang tercerahkan. “Karena Islam dibawa untuk seluruh alam semesta sampai akhir zaman yang tidak akan ada lagi risalah Islam sesudahnya dan tidak akan ada lagi Nabi dan Rasul sesudahnya,” jelas pria kelahiran Bandung itu.
Dia juga menekankan, “Itulah yang sering disebut Islam yang akan selalu mampu menjawab dan hadir menjadi risalah yang memberi sighat pada zaman, keadaan, dan sejarah peradaban bangsa-bangsa sampai hari kiamat nanti.”
Nilai Utama Islam Bangun Peradaban
Prof Haedar menyampaikan, dalam al-Quran maupun hadits Nabi, serta sejarah yang diciptakan atau dibangun Nabi, banyak sekali butir-butir pesan mendasar sekaligus nilai-nilai utama Islam untuk membangun peradaban berkemajuan.
Terkait kekuatan Islam, menurutnya, bisa merujuk trilogi Islam untuk membangun kekuatan. “Trilogi itu terdiri dari iman, ilmu, dan amal,” urainya.
Dia menegaskan, “Janji Allah untuk kaum Muslimin membangun kehidupan yang terbaik, unggul, maju, dan ya’lu wala yu’la alaikum itu iman. Lebih banyak ayat bertebaran tentang janji Allah terhadap orang yang beriman.”
Adapun iman yang terkait dengan ilmu, Prof Haedar menukil al-Mujadilah ayat 11.
يٰۤاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡۤا اِذَا قِيۡلَ لَـكُمۡ تَفَسَّحُوۡا فِى الۡمَجٰلِسِ فَافۡسَحُوۡا يَفۡسَحِ اللّٰهُ لَـكُمۡ ۚ وَاِذَا قِيۡلَ انْشُزُوۡا فَانْشُزُوۡا يَرۡفَعِ اللّٰهُ الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا مِنۡكُمۡ ۙ وَالَّذِيۡنَ اُوۡتُوا الۡعِلۡمَ دَرَجٰتٍ ؕ وَاللّٰهُ بِمَا تَعۡمَلُوۡنَ خَبِيۡرٌ
Artinya, “Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, ‘Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,’ maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, ‘Berdirilah kamu,’ maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha teliti apa yang kamu kerjakan.”
Baca sambungan di halaman 2: Janji Allah