Perkuat Pendidikan Islam Modern
Untuk terus memperkuat kelangsungan tradisi itu, Prof Haedar mengimbau, “Anak-anak kita diajari tentang kekuatan iman dan takwa sebagai roh hidup mereka dalam menjalani kehidupan, juga akhlak al karimah yang melahirkan pendidikan karakter.”
Pendidikan karakter itu secara umum dikenal dengan istilah pendidikan akal budi. Dalam dimensi Islam, lanjutnya, itu pendidikan akhlak mulia. “Sampai Islam mengajarkan anak harus birrul walidain, terus diajarkan seperti di sekolah ini!” ungkapnya.
Bersamaan dengan itu, dia menyarankan, “Anak dididik untuk punya tradisi cerdas, berilmu kuat, menjadi generasi ulul albab. Ini harus terus di-drill oleh guru-guru!”
Dia memahami, guru-guru sekarang tantangannya besar. “Di saat anak kita gizinya baik, lingkungannya bagus, apalagi ada teknologi IT yang lingkungannya lebih canggih dari kita, kalau salah cara mendidik mereka atau salah asuhan, mereka nanti jago IT, cerdas berilmu, tapi pondasi akhlak-imannya tidak kokoh,” terangnya.
Atau sebaliknya. Kata Prof Haedar, ada yang diajari akhlak-imannya baik, tapi kemampuan ilmu pengetahuan dan penguasaan peradabannya kurang. Dia menekankan, “Maka di situlah letak pendidikan Muhammadiyah. Memadukan antara iman dan kemajuan. Maka hadirnya masjid ini juga harus memperkokoh itu!”
Keluarga Muhammadiyah Ajang Pendidikan
Prof Haedar meluruskan, penguatan ilmu berkemajuan itu tentu bukan hanya di sekolah. Di keluarga pun sama. “Keluarga-keluarga Muhammadiyah harus jadi tempat atau ajang pendidikan generasi ulul albab (berakal). Supaya tidak menjadi generasi yang dhiafah (lemah, tidak mampu menghadapi kehidupan),” tuturnya.
Karena sekarang ilmu luar biasa canggih, Prof Haedar mengimbau, “Carilah ilmu seluas-luasnya!”
Menurutnya, pepatah Arab ‘carilah ilmu sampai ke negeri Cina’ sebenarnya merupakan tradisi besar. Dia menerangkan, “Ke mana saja, kita mencari ilmu! Orang Indonesia sekarang selain belajar di Tanah Air, belajar ke Eropa, Timur Tengah.”
Akhirnya, Prof Haedar mengimbau orang Muhammadiyah tidak perlu cemas. “Modali mereka dengan iman dan akhlak mulia. Insyaallah mereka pulang, tetap punya kepribadian yang kokoh, tapi juga berpikir berkemajuan!” tegasnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni