Perjuangkan Kemajuan Peradaban
Selain itu, Haedar mencontohkan gerakan Muhammadiyah di mana amaliah Islam itu membawa kemajuan peradaban seperti al-Madinah al-Munawarah di Indonesia. Tapi dia meluruskan, “Tentu kita belum sampai ke situ.”
Alasan pertama, jumlah mayoritas Muslim di Indonesia pada tahun 2022 (dari sensus penduduk) 86,7 persen atau 231,5 juta orang. Meski mereka melaksanakan ibadah mahdhahluar biasa, tapi menurutnya masih tertinggal dalam kegiatan ekonomi.
“Kata Pak JK, kalau ada 100 orang kaya, baru 10 orang yang Muslim. Sebaliknya, kalau ada 100 orang miskin, yang 90 orang itu Muslim. Ini menunjukkan piramida yang masih terbalik. Padahal kalau secara ekonomi lemah, secara politik juga tidak akan kuat!” ungkapnya.
Bahkan kalau ekonomi lemah, lalu tidak di-back-up dengan iman yang kuat, Prof Haedar mengklaim orang itu akan menjadi ‘tangan di bawah’. “Nah kita bangun kehidupan umat dalam muamalah duniawiah semakin baik!” ajaknya.
Untuk Gresik, dia menyarankan agar amal-amal usaha juga harus didorong untuk bisa memperkuat pemberdayaan ekonomi masyarakat dan umat. Selain itu, penguasan Iptek juga menurutnya perlu terus diperjuangkan. “Karena Human Development Index kita, masih nomor 6-7 di bawah negara ASEAN,” jelas Prof Haedar.
Bukan karena anak-anak Indonesia tidak punya potensi besar untuk maju dan bersaing. Menurutnya, boleh jadi karena kebijakan pendidikan masih gonta-ganti tapi tidak berkesinambungan yang membuat kita makin maju dan berkualitas. Meski dia juga tak menutup kemungkinan karena ada faktor lain.
“Tugas kita umat Islam yang harus membawa pada kemajuan itu! Maka jadikan masjid pun sebagai pusat kemajuan, membangun khairu ummah, membangun generasi ulul albab,” tuturnya.
Baca sambungan di halaman 2: Bangun Ukhuwah