Bangun Ukhuwah
Prof Haedar juga menekankan pentingnya membangun ukhuwah atau kebersamaan. Baik sesama kaum Muslim maupun sesama anak dan keluarga besar bangsa.
“Kita akan menjadi negara maju, kalau kita punya kekuatan. Kita harus membangun perbedaan jadi khairu ummah. Kadang kita masih belum bisa ke situ,” ungkapnya.
Sebab, perbedaan sesama Muslim saja menurutnya sering disikapi keras sekali. “Sampai menerima tamu yang berbeda paham dan mazhab saja sering jadi masalah. Padahal silaturahmi kan baik, (meski) belum tentu kita sepaham,” imbuhnya.
Yang terpenting, kata dia, bagaimana kita saling berbagi pandangan agar pandangan kita semakin dekat pada Islam yang dipahami bersama. “Bagaimana bisa berukhuwah, bersatu dalam keberagaman. Tapi juga bagaimana keberagaman ini juga melahirkan sikap tawasut dan tawazzun, bahkan tasamuh. Saling toleran, tengahan, menghargai satu sama lain,” tuturnya.
“Karena banyak pekerjaan berat ke depan yang harus kita pikul bersama ketimbang perbedaan yang hidup di tengah-tengah kita. Alhamdulillah Muhammadiyah bisa menjadi uswah hasanah dalam perbedaan itu, sehingga perbedaan idul adha pun tidak menjadi tempat kita bertengkar,” imbuhnya.
Prof Haedar pun berharap, pemerintah bisa arif bijaksana dalam mengelola perbedaan itu.
Pusat Keunggulan
Menurut Prof Haedar, umat Islam bisa sampai pada al-Madinah al-Munawarah jika punya proyeksi membangun peradaban dengan pusat kemajuan. “Alhamdulillah sekolah-sekolah ini menjadi sekolah yang unggul, baik, menjadi contoh,” ujarnya .
Karena Muhammadiyah lebih mementingkan pelayanan bagi orang banyak, menurutnya, inilah saatnya membangun amal usaha berkemajuan dan unggul. Karena kemajuan peradaban juga ditopang pusat-pusat keunggulan. “Itu yang disebut center of excellent!” ungkapnya.
Dia menegaskan, “Saya percaya dari GKB dan berbagai cabang di tempat lain, daerah di seluruh tanah air kita bisa terus mengakumulasikan pusat kemajuan ini karena kita ingin menghasilkan dan terus menyebarluaskan islam sebagai agama yang membawa kemajuan kehidupan bersama.” (*)
Editor Mohammad Nurfatoni