Dibangun Keroyokan
Muhadjir, anak keenam dari sembilan bersaudara pasangan Guru Soeroya dan Hj Sri Subitah ini bercerita tentang asal muasal tanah itu. Pada waktu ia menjadi Rektor UMM, mengantar mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Sumbesari. Kepada Kepala Desa Sumbersari Ashari, ia menyampaikan gagasannya untuk mendirikan sekolah.
Ashari tertarik dan bersedia menjual tanahnya dengan harga murah. “Pada waktu itu dijual sangat murah. Semoga menjadi amal jariahnya Pak Ashari,” kata Muhadjir. Ashari hadir dalam peresmian itu.
Bangunan terakhir yang diselesaikan adalah MIM. Gedung yang ada di dekat stasiun Caruban sudah tidak mampu menampung murid yang berjumlah lebih 300 anak. Maka harus segera dicarikan solusi. Untuk itulah dibangun MIM yang bersebelahan dengan SMPM 2 ini.
Istilah Muhadjir MIM ini dibangun secara keroyokan. Rektor UMM Dr Fauzan yang menginisiasi pembangunannya. Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi yang membangun pavingnya. Menteri Investasi Bahlil Lahadalia yang membangun pagar.
Ia juga mengatakan bahwa pendirian bangunan baru MIM Caruban ini bukanlah akhir. Ke depan, akan ada poliklinik pratama yang secara bertahap dibangun menjadi sebuah rumah sakit. “Tentu harus ada sinergi dengan rumah sakit daerah,” tambahnya.
Ia menegaskan bahwa Muhammadiyah ada untuk semua. Siapapun boleh masuk di sekolah Muhammadiyah tanpa memandang status, agama, dan perbedaan lain. Tidak ada yang bersifat eksklusif, semua disediakan secara inklusif.
Penulis Anwar Hudijono Editor Mohammad Nurfatoni