Jadi Pengembang Dana Panti Kenjeran, Begini Perjuangan Heri Purwanto, liputan kontributor PWMU.CO Kota Surabaya Nashiiruddin.
PWMU.CO – Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Panti Asuhan Muhammadiyah (PAM) Kenjeran yang berdiri tahun 1923 saat ini mempunyai tiga asrama. Asrama Putra di Jalan Tambak Wedi Baru 77, Asrama Putri 1 di Jalan Kedinding Lor 141 dan Asrama Putri 2 di Jalan Tambak Wedi Baru 128 Surabaya.
PAM Kenjeran saat ini juga mempunyai usaha Isma Mart, loket pembayaran resmi, persewaan garasi mobil dan kerjasama Isma Aqiqah. Juga banyak prestasi-prestasi yang sudah diraih, salah satunya mendapatkan penghargaan dari Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa sebagai Juara II Panti Terbaik tahun 2021.
Santri yang tinggal di asrama saat ini berjumlah 30 anak, sedangkan santri yang non asrama 20 anak. PAM Kenjeran juga membina para lansia (senior care) saat ini 22 lansia. Setiap satu bulan sekali pada tanggal 5 PAM Kenjeran selalu memberikan sembako dan uang tunai kepada lansia binaan.
Besarnya PAM Kenjeran juga tidak terlepas dari Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Kenjeran, Majelis Pelayanan Sosial (MPS) PCM Kenjeran, dan para pengurus. Di sisi lain ada tim petugas pengembang dana yang selalu mencari para donatur-donatur di berbagai daerah. Tentunya untuk anak yatim, yatim piatu dan dhuafa yang tinggal di PAM Kenjeran.
Dari total sekitar 1.557 donatur tetap PAM Kenjeran, terdapat tujuh pengembang dana yang berjuang mencari para donatur. Suka dukanya sudah mereka alami semuanya. Dan semua mereka lakukan untuk membantu PAM Kenjeran menjadi panti percontohan di wilayah Surabaya.
Dibalik perjuangan para pengembang dana ternyata banyak cerita-cerita yang telah mereka lalui. Berbagai hambatan dan rintangan sudah mereka rasakan. Pengembang dana kehujanan dan kepanasan merupakan menu setiap harinya.
Dianggap Panti Asuhan Abal-abal
Ditemui PWMU.CO, Rabu (14/7/2022), salah satu pengembang dana Heri Purwanto (57 tahun) menceritakan dirinya sudah 27 tahun menjadi pengembang dana di PAM Kenjeran. Awal mula dia masuk di panti teringat saat gempa melanda kota Yogyakarta. Saat itu dia bergerak ikut lansung menuju ke Klaten untuk bakti sosial bersama tim PAM Kenjeran.
“Dulu awalnya memang saya sebagai driver antar jemput anak-anak sekolah di SD Muhammadiyah 21 Surabaya. Karena di panti saat itu tidak banyak yang menjadi pengembang dana, akhirnya saya ditunjuk oleh Kepala PAM Kenjeran Drs Khatam Susanto yang juga Kepala SD Muhammadiyah 21 untuk membantu sebagai pengembang dana,” ujarnya.
Memang saat itu, lanjutnya, dirinya punya cita-cita untuk merawat satu anak yatim yang ada di sekolah. Sebagian gajinya pun digunakan untuk anak yatim itu.
“Pengembang dana saat itu ditarget oleh kepala PAM Kenjeran. Minimal satu hari harus mendapatkan 10 donatur. Awalnya saya merasa berat karena satu hari terkadang tidak sampai 10 donatur, tetapi hanya 5-6 orang yang mau menjadi donatur baru. Bahkan ketika saya mengambil dana dari para donatur, saya pernah di buat sedikit agak malu. Karena tuan rumah menganggap saya sebagai panti yang abal-abal yang tidak terdata,” kisahnya.
“Ketika saya ke rumah donatur untuk menemui istrinya yang menjadi donatur tetap panti, terkadang suaminya menjawab istrinya sedang tidak ada di rumah. Padahal saya lihat tadi itu ada. Bahkan ada juga yang menyuruh saya sebelum menarik donatur utuk izin dulu melalui RT atau RW,” tambahnya.
Kehujanan Tak Dibukakan Pintu
Saat situasi cuaca yang tidak menentu seperti hujan, sambungnya kepada PWMU.CO, terkadang saat mengambil ke rumah donatur hanya tirai depan rumah yang dibuka. Pintu diketuk berkali-kali tidak dibukakan, padahal di dalam rumah ada orangnya. Ketika pulang ke rumah, di tengah jalan dokumen dan majalah juga terkena hujan sehingga basah semua.
“Paling jauh saya mengambil donatur di daerah Panceng Gresik. Waktu itu juga hujan lebat dan lampu mati. Sempat putus asa juga, tetapi saya ingat anak-anak di panti dan semangat kembali. Menuju pulang ke rumah pun juga pernah terkendala bensin habis. Beruntung saat itu ada orang baik yang mau membantu saya, mendorong motor sampai pom bensin. Benar-benar membutuhkan perjuangan,” ungkapnya.
Donasi dalam Kesempitan Harta
Lama kelamaan donatur yang didapatkan semakin banyak sekitar 500 orang. Tetapi karena pandemi Covid-19, ada sebagian donatur yang meninggal dunia, pensiun, pindah ke luar pulau sehingga ada yang tidak melanjutkan. Awalnya ada juga melalui transfer. Hanya satu kali transfer, setelah itu tak ada informasi lagi. Itu kendala baginya. Alhamdulillah saat ini sudah mempunyai sekitar 313 donatur tetap.
“Sempat juga saya meneteskan air mata. Ketika mengambil donatur tetap di daerah Wonosari, yang saya rasa untuk memenuhi kehidupan sehari-harinya saja kurang. Waktu itu mendonaturkan uang sekitar Rp 5.000,-. Ketika saya tanyapun pasangan suami istri itu masih ingin tetap menjadi donatur panti. Ketika saya tanya keduanya memang ikhlas dan masih ingin membantu anak yatim,” kenangnya.
“Mau tidak mau saya terima. Bagaimana malah saya merasa kita yang seperti ini seharusnya yang membantu mereka. Kondisi seperti ini kok beliau masih mau menjadi donatur tetap,” imbuhnya.
“Biar hidup saya tambah berkah,” ungkap donatur Ibu Romlah yang mempunyai dua anak.
“Semoga Ibu Romlah selalu diberikan kesehatan dan keberkahaan oleh Allah swt. Diberikan panjang umur dan mudah-mudahan barokah. Karena sudah peduli terhadap anak-anak PAM Kenjeran,” ucap Heri. (*)
Co-Editor Sugiran. Editor Mohammad Nurfatoni.