PWMU.CO – Wajah polos bocah itu tak lagi terlihat, juga tawa riangnya. Apalagi rengekan dan tingkah polos khas bocah cilik. Semua itu telah hilang. Tenggelam. Berganti dengan wajah-wajah duka dan isak tangis kerabat dan tetangga terdekat.
Safira Ayu Wardani, gadis kelahiran 14 Maret 2010 itu, ditemukan terapung di sebuah telaga Desa Wotan, Kecamatan Panceng, Kabupaten Gresik, Kamis (16/2) pagi. Ia tenggelam dan meninggal dunia.
“Rabu (15/2) sore Safira bermain. Tapi tidak kembali hingga malam. Bapak angkat dan warga mencari tapi baru diketemukan Kamis pagi,” kisah Syaiful Uddin, guru MIM 4 Waton, yang tinggal satu desa dengan Safira, kepada pwmu.co, Jumat (17/2) siang.
Syaiful menuturan, sejak bayi Safira hidup bersama orang tua angkat di RT 06/RW 02. “Tapi ibu angkatnya, Mustaniah, meninggal setahun lalu. Sementara, Aripin (42), bapak angkatnya, sekarang terserang penyakit tumor di leher dan ketiak,” ujarnya.
Sakit dan beban ekonomi yang ditanggungnya, kata Syaiful, membuat kondisi kejiwaan Aripin agak terganggu. “Sehingga selama ini hidup Safira seperti kurang terurus.”
Seperti sebuah drama, hidup Safira penuh kepiluan. Ia terpisah dari Sulastri, ibu kandungnya, yang tinggal di RT 11/RW 04 bersama lelaki saudara kembarnya. Faktor ekonomi yang membuat bayi Safira diambil sebagai anak angkat oleh Aripin. Apalagi bapak kandung Safira tidak jelas di mana rimbanya.
(Baca juga: Farah, Balita Piatu Penderita Tumor Mata Itu, Wafat) dan Bu Rono, Pejuang Aisyiyah Berusia 100 Tahun Itu Wafat)
“Tekanan hidup itu mungkin yang membuat Sulastri tidak seberapa peduli pada Safira,” kata Syaiful yang juga menjelaskan bahwa selama ini biaya pendidikan Safira digratiskan oleh TK tempat ia sekolah. Yang memprihatinkan, seharusnya Safira sudah kelas 1 SD, tapi karena ia sering sakit-sakitan, maka tidak melanjutkan.
Meninggalnya Safira dan kisah kepedihan keluarganya itu, mengetuk para aktivis Nasyiatul Aisyiyah (NA) Gresik. Jumat (17/2) malam, Pimpinan Daerah Nasyiatul Aisyiyah (PDNA) Kabupaten Gresik bersama Pimpinan Cabang NA Kecamatan Panceng berkesempatan takziah ke rumah Aripin—bapak angkat Safira.
(Baca juga: Innalillahi, Anggota KOKAM Ini Wafat Tenggelam dan Kecelakaan di Ponorogo, Istri Sekretaris PDM Purworejo Wafat)
“Sekaligus kami akan menengok ibu kandung Safira. Kami akan menyampaikan bela sungkawa dan akan memberikan santunan duka untuk beliau berdua,” kata Siti Mariyati, Ketua Umum PDNA Kabupaten Gresik.
Meski bukan warga Muhammadiyah, kata dia, Nasyiah, sebutan akrab Nasyiatul Aisyiyah, merasa perlu untuk peduli terhadap musibah yang menimpa perempuan dan anak, sesuai dengan amanah Musywil XI Banyuwangi, yaitu Nasyiyah sebagai gerakan ramah perempuan dan anak.
(Baca juga: Korban Wafat Kebakaran Truk BBM Pertamina di Tol Sidoarjo Warga Muhammadiyah dan Tertabrak Kereta Api, Achmad Taufiq sang Kader Hizbul Wathan-Alumni SMKM 7 Kedungpring Itu Wafat)
“Kami juga telah menyampaikan soal musibah ini kepada Lazismu Kabupaten Gresik, agar ikut memberikan santunan juga,” ujar Tiwi, panggilan akrabnya, yang menyesal, mengapa kepedihan hidup Safira baru Nasyiah ketahui setelah ia meninggal.
Tiwi bercerita, meninggalnya Safira baru diketahui setelah kemarin, akun Facebook-nya salah seorang aktivis PDNA Gresik di-tag oleh salah seseorang, yang ternyata juga tidak dikenalnya. “Dari situlah kami baru tahu, dan segera bergerak,” ujarnya.
(Baca juga: Mizan Nulkhaq, Dokter Muda UMM Ini Meninggal dalam Kecelakaan saat Pergi Koas ke RSML)
Sementara itu, melihat kondisi rumah dan kesehatan Aripin, rombongan ibu-ibu muda Nasyiah yang sampai pukul 21.00 masih di lokasi, merasa prihatin. “Kami sangat prihatin, semoga bantuan ini bisa sedikit meringankan beban keluarga ini,” kata Usmawati, Sekretaris Departemen Dakwah PDNA Kabupaten Gresik, yang hadir bersama pimpinan lainnya, yaitu Hadiatul Hikmah, Dyah Eko Lestari, Ifa Faridah, Wahyu Hidayah, dan penulis.
Mendapat kunjungan itu, Aripin hanya diam. “Untuk menjawab pertanyaan kami pun harus dibantu teman-teman Ranting,” kata Usmawati. Semoga duka Pak Alifin segera pergi. Dan selamat jalan Safira, engkau akan jadi bunga surgawi. (Ria Eka Lestari)