PWMU.CO– Workshop IKM (Implementasi Kurikulum Merdeka) berlangsung di SD Muhammadiyah 11, Kamis (14/7/22).
Hadir sebagai narasumber Dr Bachtiar S Bachri MPd dan Enik Chairul MSi MPd. Pada sesi pertama workshop IKM ini, disampaikan oleh narasumber Dr Bachtiar S. Bachri MPd. Dia membawakan materi dengan subtema “Apa dan Mengapa Harus Kurikulum Merdeka”.
Bachtiar mengawali paparan tentang makna kurikulum. Menurut dia, kurikulum berarti berbicara tentang perubahan. Faktor utama yang perlu kita adaptasi dengan adanya perubahan yaitu mindset, membangun pola pikir menghadapi perubahan dengan tindakan nyata untuk berpikir positif.
Dosen Universitas Negeri Surabaya ini menegaskan, kurikulum merupakan produk dari zamannya. Karena setiap zaman pasti membawa perubahan.
Sambil menampilkan slide PPT, dia mengajukan pertanyaan kepada peserta workshop “Apakah benar bahwa setiap berganti menteri akan berganti kurikulum?”
Serentak peserta menjawab,”Ya.”
Namun berbeda dengan Pak Bai, panggilan akrabnya. Jawabannya tentu tidak. Perubahan kurikulum bukan berdasarkan pergantian menteri tetapi karena adanya perubahan masyarakat yang dipengaruhi oleh harapan, cita-cita, kebutuhan, gaya hidup, kebiasaan, peran, fungsi, pandemi dan budaya.
Pak Bai menuturkan, kurikulum memiliki tujuan tertentu yang akan membawa anak didik kita mencapai tujuan tertentu.
Dia berkisah, ada dua warung makan. Sebut saja warung A menjual menu hanya satu masakan yang bernuansa pedas. Warung B menjual banyak menu makanan dengan berbagai cita rasa. Kedua warung makan tersebut sama-sama dikunjungi banyak pembeli. Suatu ketika ada seorang bapak yang ngantre di warung A yang hanya menjual satu menu masakan pedas saja. Masakannya apakah tidak dikurangi rasa pedasnya? Tanya si bapak.
Dengan senyum dan rasa hormat pedagang menjawab ini warung memang jual bernuansa pedas dan tidak mungkin dikurangi pedasnya.
Dari kisah ini Bachtiar memotivasi para peserta, setiap sekolah bebas berkreasi mengembangkan kurikulum yang sudah dicanangkan oleh pemerintah. Setiap sekolah silakan berkreasi dan berinovasi dengan ciri khasnya masing-masing.
Bandingkan dengan Korea
Enik Chairul Umah membuka materinya dengan berkisah tentang pengalamannya menjadi guru, kepala sekolah. Dia juga juara lomba pendidikan hingga mendapat kesempatan studi banding di beberapa sekolah di Korea.
Di Korea, guru sangat memperhatikan penampilan dan mempunyai dedikasi yang sangat tinggi dalam melaksanakan tugas. “Maka dari itu kita dapat mencontoh yang baik dari mereka, guru adalah teladan bagi siswa,” katanya.
Bu Enik panggilan akrabnya menyampaikan secara teoritis IKM ini bisa dipelajari bersama teman sejawat dan bertanya pada yang ahliya dalam pelaksanaan IKM di SD MuhlaS ini.
Pemenang lomba kepala sekolah berprestasi ini, saat menjabat Kepala SD Muhammadiyah 1 Pucanganom Sidoarjo, mengajak para peserta langsung mengimplementasikan Kurikulum Merdeka dengan meminta peserta menyusun Capaian Pembelajaran (CP) dan Tujuan Pembelajaran (TP) bersama dengan kelompok jenjang masing-masing.
Seluruh peserta sangat antusias mengikuti kegiatan dengan bimbingan dari narasumber. Sesekali wanita alumnus Ponpes Nurul Huda Mergosono Malang ini menunjuk salah satu peserta yang terlihat sudah selesai mengerjakan untuk menyampaikan hasil diskusinya tadi dan disempurnakan.
Di sela para peserta mengerjakan tugas tersebut, beberapa peserta mengadakan tanya jawab seputar IKM yang akan diterapkan di SD Muhlas. Di sesi terakhir Enik memberikan contoh format modul, raport, dan assessment yang digunakan dalam kurikulum merdeka.
Workshop IKM diikuti oleh 28 guru kelas dan 12 guru bidang studi. Kegiatan dimulai pukul 08.15. Kepala SD Muhlas Mursiah menyampaikan, kurikulum merdeka sebagian isinya sudah di implementasikan oleh SD Muhlas yang selalu berinovasi dalam kegiatan pembelajaran.
Dia berharap dengan kurikulum merdeka ini memiliki arti sebagai pendidik kita harus senantiasa berkreasi dan berinovasi dengan memanfaatkan sumber daya yang ada. belajar.
Penulis Muriyono Editor Sugeng Purwanto