Sudah Merdeka Belajar
Anak-anak, sambungnya, juga memiliki sikap kritis. Jadi sepertinya selama dua tahun anak-anak tidak belajar di kelas ini rindu dengan guru-gurunya. “Bahkan guru-guru yang sedang menerangkan anak-anak selalu ingin bertanya begitu,” jelas ayah dua anak itu.
Dia mengatakan kondisi PTM 100 persen ini bagi siswa sangat menyenangkan. Terlebih mereka kini berada di era Kurikulum Merdeka.
“Sepertinya anak-anak sudah mendahului konsep yang belum disampaikan oleh sekolah atau gurunya. Dengan suasana belajar bahagia dan kritis anak-anak sudah merdeka belajar,” terang Ketua Lembaga Seni, Budaya, dan Olahraga (LSBO) Pimpinan Muhammadiyah Surabaya itu.
Edy menekankan, keramahan guru dalam era Kurikulum Merdeka harus terejawantah secara optimal. Karena murid sangat rindu guru ramah daripada marah-marah.
“Guru ramah ini sangat penting dilaksanakan di sekolah karena kembali lagi anak-anak tidak hanya butuh ilmu pengetahuan, tapi juga butuh perhatian dan bimbingan tulus dari guru. Hal ini harus dimiliki oleh semua guru,” kata suami Siti Rahmah SPd itu.
Sementara itu Queinesha Aqila, siswi kelas 3-I mengaku senang bisa kembali bersekolah bersama teman-temannya. Dia dengan antusias menceritakan belajar tatap muka langsung di sekolah berjalan sangat asyik.
“Saya senang. Tadi baru sampai sekolah sudah senang. Banyak teman. Tadi memulai belajar berdo’a sama teman-teman,” tutur Quinesha. Maklum dua tahun lebih sejak kelas Idan II siswi cantik itu belajar online dari rumah. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni