Belajar dari Bahasa Tubuh Binatang; Liputan Candra Dwi Aprida, kontributor PWMU.CO Trenggalek.
PWMU.CO – Pelajaran dari bahasa tubuh hewan disampaikan Bayu Rahmat Hidayat ST CMth— trainer public speaking, certified motiva therapy, dan lie detector specialist.
Dia menyampaikan itu dalam Seminar Nasional Public Speaking: Improve Your Speaking and Be a Good Speaker yang bertema “Seni dalam Berbicara”.
Acara digelar Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (PC IMM) Trenggalek menggelar di Aula Pertemuan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Trenggalek, Sabtu (16/7/22).
Seminar ini diikuti 71 orang. Terdiri dari siswa SMP, SMA, mahasiswa, dan guru dari Kabupaten Trenggalek dan Tulungagung.
Belajar dari Binatang
Setelah menjelaskan tentang pentingnya bahasa tubuh dalam komunikasi dan menghilangkan mental block, Bayu Rahmat Hidayat mengajak peserya belajar dari hewan. Pertama, elang. Burung ini mengajarkan orang untuk berani akan tantangan dan harus menghadapinya dengan baik dan tuntas.
“Ibu Elang, ketika anaknya sudah mulai dewasa, sudah mulai bisa terbang, ia akan merusak sarang tempat tinggalnya. Kenapa?” tanyanya retoris.
Karena elang mengajarkan anaknya untuk siap menghadapi tantangan. “Anakku, kalian bisa dan harus bisa untuk berdiri di ranting pohon. Kalian harus bisa terbang melewati angin. Bisa mandiri untuk mencari makan,” ucapnya berimajinasi menirukan induk elang.
Maka dari itu, sambungnya, tidak ada alasan lagi, kalau burung elang itu kuat, dan berani di alam. Karena memang, mereka sudah terlatih untuk siap menghadapi tantangan.
Kedua, jerapah. Hewan berleher panjang ini memberikan pelajaran yang berharga. Dia mengajak melihat gambar itu: jerapah dan anaknya.
“Ibunya yang tinggi itu, ketika anaknya mau naik ke punggungnya, dia akan menyundang anaknya. Berkali-kali anaknya mau naik ke punggungnya, dia akan menyundangnya lagi. Padahal ibunya sudah tinggi, sudah susah untuk dinaiki anaknya, tetapi dia malah menendang anaknya. Kira-kira kenapa?” tanya Bayu.
Dia menjelaskan, jerapah mengajarkan kepada kita untuk pantang menyerah. Dari perjuangan anaknya yang berusaha naik ke punggung ibunya, dia berkali-kali naik dengan semangat dan pantang menyerah.
Ketiga, kepiting. “Bagaimana sikap kepiting ketika ada temannya naik di atasnya?” tanyanya. “Maka dia menarik kaki temannya kebawah. Sehingga temannya jatuh,” dia jawab sendiri pertanyaannya.
Apa pelajaran yang bisa diambil? “Ketika ada teman kita yang berusaha untuk bisa berkembang, bisa untuk maju maka kita tidak boleh untuk menariknya ke bawah. Tidak boleh membuat mereka pesimis, tidak boleh memberikan energi negatif. Lebih baik, kalian bersama-sama berjuang untuk meraih kesuksesan,” imbuhnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni