Guru Bergaji Rp 150 Ribu Tetap Bersemangat, Ini Kuncinya, Liputan Kontributor PWMU.CO Gresik Abdul Kholid Achmad.
PWMU.CO – Membicarakan hakikat pada malam hari itu bikin ngantuk, apalagi kalau tidak kuat. Demikian candaan Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur Dr Saad Ibrahim MA mengawali materi ‘Peran Tauhid dalam Kehidupan’.
Saad—sapaan akrabnya—menerangkannya pada Baitul Arqam I Tahap II Universitas Muhammadiyah Gresik (UMG) di Hotel Kapal Malang, Rabu (20/7/2022). Sebelum banyak menjelaskan, Saad mencontohkan, “Tas Anda ada uang, meskipun tidak ada.” Tawa peserta spontan menyambutnya.
Dia lantas melanjutkan, “Jika ada kertas dalam tas Anda maka secara dzatnya sama dengan uang namun secara hakikat berbeda.”
Maksudnya, eksistensi bisa berbeda, bergantung di mana subjek bertempat. Saad mencontohkan, Eko Budi Leksono ST MT ketika berada di ruang itu disebut Rektor UMG. “Namun jika beliau ada di rumah disebut bapak atau kakek,” imbuhnya. Gelegar tawa dari peserta pun terdengar.
Hakikat Islam
Bicara hakikat Islam, Saad menegaskan dapat dilihat dari dua sisi. Yakni dzatiah dan sakliah.
Secara dzatiah, mengutip pendapat Abdullah dalam buku berjudul Hakikat Islam, Saad menekankan Islam adalah iradatullah. “Kehendak Allah untuk manusia, sebagaimana potongan dalam al-Baqarah ‘wa qaddarahu taqdira‘,” terangnya.
Sedangkan secara sakliah atau bentuk, kata Saad, Islam sebagai iradallah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui wahyu, yang dijelaskan dalam al-Quran dan al-Hadits.
“Meskipun telah menjadi ketetapan, Allah SWT tetap memberikan kebebasan kepada manusia untuk memilih beriman atau tidak,” jelasnya.
Menurut bapak lima anak ini, pada hakikatnya manusia sudah build in (menanamkan) keimanan dalam dirinya. “Namun manusia dengan paham ateis memendam keimanan itu dengan menguburkan dalam dirinya agar tidak muncul dalam bentuk pengakuan,” ungkapnya.
Peran Tauhid
Saad menjelaskan, tauhid berasal dari kalimat ‘wahada yuwahidu tauhidan‘ yang bermakna Esa. “Makna itu bisa diartikan dalam proses bertauhid harus menegasikan selain Allah sebagaimana dalam kalimat syahadat assyhadu alla ilaha illa Allah,” terangnya.
Menurut Saad, fitrah bisa dalam bentuk teologi dan dalam bentuk kecenderungan. “Maka janganlah merubah kenikmatan Allah itu!” tegasnya.
Dia menerangkan, kalau perempuan kecenderungan bawaannya statis (tidak berubah), sedangkan laki-laki kecenderungan bawaannya perubahan. “Jika dalam fitrah kecenderungan bawaan ada perbedaan, namun dalam fitrah teologi manusia adalah Islam,” imbuhnya.
Pembahasan itu, lanjut Saad, sesuai ar-Rad ayat 11 dan al-Anfal ayat 53 di mana nikmat Allah sangat besar kepada manusia.
Dia menceritakan, ada guru sekolah Muhammadiyah di Pacitan yang gajinya Rp 150 ribu. Menariknya, gaji tersebut tidak menyurutkan semangat sang guru. Dia lantas memotivasi para peserta untuk menggantungkan seluruh aktivitas dunia semata kepada Allah SWT.
Saad pun menegaskan pentingnya nilai Tauhid atas kehendak Allah SWT. Ini sebagaimana dia saat mengawali perkuliahan pascasarjananya dengan menjual sawah yang saat itu sempat kakakknya larang karena keyakinan yang tinggi terhadap Allah SWT. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni/SN