Keputusan Mengejutkan
Setelah makan dilanjut ngobrol panjang lebar. Menjelang waktu shalat Ashar pertemuan pun berakhir. Satu per satu teman-teman suami istri itu berpamitan. Saya dan istri memilih pamit belakangan karena saya dan istri ingin ke toilet dulu. Istri saya dan Roma lebih dulu ke toilet bersama. Adapun saya dan Atok ke toilet kemudian setelahnya.
Entah bagaimana ceritanya, setelah saya kembali dari toilet, kok ada keputusan yang mengejutkan. Roma mengajak istri dan saya untuk ikut mampir dan menginap di rumahnya di Jeddah. Atok pun sepertinya tidak keberatan. Akhirya kami pun berangkat dari Mekah ke Jeddah naik mobil sedan merek Honda milik Mas Atok.
Ternyata perjalanan Mekah ke Jeddah tidak lama. Hanya satu jam kami sudah sampai di Jeddah. Sebelum sampai di rumahnya di distrik Rehab Jeddah, Roma memampirkan saya dan istri di Sekolah Indonesia Jeddah, tempatnya mengajar, yang hanya berjarak sekitar 100 meter dari kediamannya.
Saya dan istri diajak masuk ke sekolah bercat krem berlantai empat tersebut. Karena hari Sabtu adalah hari libur (sekolah atau perkantoran di Arab Saudi libur pada hari Jumat-Sabtu), kami hanya bertemu dua siswa SIJ yang saat itu sedang ada kegiatan ekstrakurikuler. Saat saya tanya kedua siswa putra putri itu berasal dari Madura. Yang putri berasal dari Bangkalan, sedang yang putra berasal dari Sampang.
Menurut Atok, yang bekerja di KJRI (Konsulat Jenderal Republik Indonesia) Jeddah, warga Indonesia di Jeddah sekitar 70 persen adalah orang Madura. Sehingga tidak heran jika dari 1.100 siswa SIJ sebagian besar juga keturunan Madura.
Tak berapa lama di SIJ, saya dan istri pun sampai di rumah sejoli itu sekitar pukul 17.00 WAS. Setelah mandi dan istirahat sekitar satu jam, kami diajak jalan-jalan keliling Kota Jeddah.
Baca sambungan di halaman 3: Kota Modern