Jangan Jadikan Panti Asuhan sebagai ATM Pendirinya; Liputan kontributor PWMU.CO Aan Hariyanto
PWMU.CO – Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur Dr Syamsudin MAg menerangkan dalam Islam tidak ada konsep menjadikan panti asuhan sebagai tempat untuk meminta doa.
Hal itu ia sampaikan dalam acara Sosialisasi dan Bimbingan Teknis di Aula Mas Mansyur Kantor PWM Jatim Jalan Kertomenanggal VI/1 Surabaya, Ahad (24/7/2022).
Kegiatan yang diselenggarakan oleh Majelis Pelayanan Sosial (MPS) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah bersama dengan Majelis Kesejahteraan Sosial (MKS) PP Aisyiyah membincang terkait Pendaftaran dan Pembuatan Surat Keputusan PP Muhammadiyah tentang Pengesahan Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) Bidang Pelayanan Sosial.
Ustadz Syam, sapaan akrabnya, mengakui, terkadang ada pola asuh dan pemahaman yang kurang tepat dalam soal anak yatim. “Saya punya cerita, ada seseorang telepon ingin infak ke panti asuhan. Saya bilang bisa ke panti asuhan Muhammadiyah atau Aisyiyah. Bisa juga di panti asuhan dekat rumah,” terangnya di hadapan pengelola panti asuhan Muhammadiyah-Aisyiyah se-Jatim.
“Setelah beberapa waktu seseorang itu telepon kembali. Dia bilang, ‘Alhamdulillah, setelah saya infak ke panti, anak-anak saya yang sudah lulus bisa diterima kerja dan satunya lulus seleksi masuk PTN (perguruaN tinggi negeri)’,” ungkapnya.
Menurutnya, seharusnya yang dilakukan adalah bisa mengantarkan anak-anak yatim itu bisa diterima di PT favorit seperti halnya anak sendiri. Sehingga mereka juga memiliki masa depan yang cerah.
“Kenapa kok tidak ada pikiran bersama untuk sama-sama mengantarkan anak yatim untuk juga kuliah di PT favorit. Saya kok tersinggung kalau ada model begitu. Apakah ada konsep dalam Islam bahwa panti asuhan itu bisa dijadikan tempat meminta doa? Tolong tunjukan dalilnya,” kritiknya.
Dosen UINSA itu menegaskan, tidak ada konsep dalam Islam bahwa panti asuhan itu bisa dijadikan sebagai tempat buat meminta-minta doa. “Tunjukkan dalilnya kalau ada bahwa panti asuhan itu konsepnya anak yatim ditaruh satu tempat digae jaluk jalukan doa. Gak ada kan,” tegasnya.
Jangan Jadikan ATM
Ustadz Syam menyebutkan, konsep yang ada adalah kita harus memberikan atau memenuhi kebutuhan dasar dari anak yatim, yaitu memberi makan, pakaian serta sandang papan. Berikutnya, adalah mencukupi kebutuhan ikramnya. Yaitu mengantarkan mereka sukses seperti anak kita sendiri.
“Itu artinya tanggung jawab mengelola panti asuhan itu tidak main-main dalam Islam. Harus disadarkan bahwa tugas utama kita itu adalah memberikan in’am dan kemudian ikram,” ungkapnya.
Ia pun mewanti-wanti, supaya jangan sampai panti asuhan dijadikan sebagai anjungan tunai mandiri (ATM) oleh para pendirinya. “Kita tidak boleh menutup mata kalau ada panti asuhan yang didirikan hanya untuk dijadikan ATM oleh para pendirinya. Mereka enak duduk-duduk karena punya 10 panti dan setiap bulan dapat dari panti. Jangan sampai begitu,” pintanya.
Maka, ia berharap, konsep mengelola panti asuhan Muhammadiyah-Aisyiyah harus dikembalikan sebagaimana yang terdapat dalam al-Qur’an dan Sunnah. Yang mana dalam al-Quran perintah untuk memperhatikan nasib anak yatim sudah muncul pada fase Makkiyah.
“Ayat-ayat Makkiyah penuh dengan perintah, misalnya terdapat dalam al-Quran surat al-Fajr atau dalam al-Quran surat al-Maun. Itu menunjukkan ada hal yang sangat serius dalam masalah mengurus anak yatim, kaum dhuafa, dan mustadafin secara umum. Karena Islam memandang bahwa setiap orang yang lahir itu memiliki potensi dasar yang sama, yaitu kesucian,” jelasnya.
Baca sambungan di halaman 2: Bayi Fitrah