Bayi Fitrah
Dikatakan, berbeda dengan konsep Barat, yang mengatakan setiap bayi yang baru lahir itu ibarat gelas kosong. Tidak ada isinya. “Itu tergantung mau diisi apa? Kopi, es atau apa. Nah, dalam konsep Islam, bayi yang baru dilahirkan itu sudah ada isinya, yaitu fitrah atau kesucian,” paparnya.
Ustadz Syam menyatakan, faktor eksternal yang pada akhirnya sangat berperan di dalam fase berikutnya. “Apakah kesucian ini disiram, dipupuk, dan kemudian tumbuh berkembang dengan baik. Atau sebaliknya menjadi kering. Tidak memperoleh tempat sebaiknya baiknya untuk kehidupan dan perkembangannya”.
“Itu yang kemudian menjadikan banyak manusia yang memiliki potensi yang hebat dan luar biasa akhirnya mati. Karena Tidak disiram dan dipupuk dan dipelihara maka akan mati,” sebutnya.
Ia menyebutkan, masyarakat jahiliah pada waktu itu memiki potensi untuk mematikan potensi dasar manusia, yaitu melalui sistem yang rusak. Baik itu sistem sosial maupun keluarga.
“Itulah mengapa perintah memperhatikan anak yatim itu ada sejak fase Makkiyah dari dakwah Rasulullah SAW. Karena itu , tidak jarang ditemukan mutiara yang berkilau di antara anak yatim. Mereka tumbuh menjadi orang hebat, tokoh umat dan lainnya. Karena Nabi Muhammad sendiri adalah anak yati,” urainya.
Ustadz Syam menegaskan, tugas dan tanggung jawab kita terkait dengan anak yatim tidak hanya sebatas memberikan atau mengasih makanan kepada anak yatim.
“Mengasuh anak yatim itu bukan hanya sekedar untuk pengemukan. Tapi ada hal yang lebih penting dari itu. Bahwa mereka itu dikasih makan iya,” terangnya.
Tapi, lanjut dia, ada yang lebih penting dari itu, yaitu bagaimana mengasuh mereka, mengantarkan mereka, dan menghidupkan fitrah mereka di sebuah lahan yang subur. Yang memungkinkan mereka untuk berkembang.
“Mereka itu mutiara-mutiara yang tidak terduga. Mereka tidak kelihatan karena hidup dalam keadaan yang tidak memungkinkan mereka untuk berkembang. Nah, inilah tugas dari MPS dan MKS untuk menjadikan mereka memiliki kesempatan yang luas untuk bisa berkembang,” tandasnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni