Lahir dari Perdebatan di GWA
Di balik nama SMK Memo ternyata ada cerita tersendiri. Pagi itu, 23 Juni 2022, Mohamad Su’ud membuat posting di WhatsApp Group (WAG) ‘Muhammadiyah Modo’.
“Pagi-pagi ayo sedekah dan mengasah pikiran. Kami berencana membuat akronim atau nama lain dari SMK Muhammadiyah 6 Modo. Nama sementara kami adalah SMK Mendo (Muhammadiyah Enam Modo). Mohon berikan pendapat Anda!” demikian isi chat-nya.
Spontan, selama 90 menit diskusi WAG dipenuhi usul dan saran akronim SMK. Puluhan anggota WAG saling memberikan argumen terhadap nama yang diusulkan. Bahkan ada yang memberikan respon kurang setuju terhadap usulan anggota lain.
“Begitulah, diskusi berlangsung agak ‘panas’ namun tetap argumentatif,” ungkap Su’ud.
Dari berbagai usulan akhirnya terkumpul delapan usulan akronim. Yakni SMK Mendo, SMK Musix, SMK Meheximo, SMK Muhendo, SMK Memo, SMK Muhemo, SMK Mueda, dan SMK Muna.
“Dari hasil usulan tersebut, kami melakukan jajak pendapat tentang akronim yang disetujui disertai alasan, baik di group Muhammadiyah maupun internal guru. Akhirnya terpilih nama SMK Memo,” terang Su’ud.
Beragam Respon
Rahmadtika Ade Istyawan, salah satu guru produktif SMK Memo, mengungkapkan respon positifnya. “SMK Memo dibuat supaya pembaca atau penutur tidak kesulitan dalam melafalkannya. Selain itu, penggunaan akronim juga dapat menghemat penuturan kata,” ujarnya.
Artinya kata yang harusnya diucapkan atau ditulis panjang, bisa diakronimkan menjadi lebih singkat, tetapi tetap mudah dibaca,” tulis Ketua Manajemen Mutu Sekolah via chatWhatsApp.
Salah satu aktivis Pimpinan Cabang Ikatan Pelajar Muhammadiyah Modo, Fatha Septiya Afifah Al Hakim, berpendapat singkatan SMK Memo sangat unik. Tersirat makna sebagai sekolah yang bisa memberikan pesan dan kesan yang indah melalui memori-memori dalam masa belajar maupun kegiatan.
“Semoga nama SMK Memo ini menjadi nama singkatan yg selalu membekas dan dikenal banyak khalayak seperti nama-nama yang lain,” harap Afifah.
Hanum Efriska Ghinasti, siswa kelas XI SMK Memo setuju atas akronim tersebut. “Mudah dilafalkan dan diingat oleh segala lapisan pendidikan,” jelas siswi asal Desa Pelangwot Kecamatan Laren Lamongan ini. (*)