PWMU.CO– Smamda Voice, kelompok paduan suara SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo kembali meraih juara International Brawijaya Choir Festival 2022.
Lomba diselenggarakan oleh Universitas Brawijaya secara virtual. Pemenang diumumkan, Senin (18/7/2022) pukul 19.00 secara online. Smamda Voice memboyong dua emas dari dua kategori lomba yang diikuti.
”Alhamdulillah Smamda Voice mengikuti dua kategori yaitu Pop Jazz dan Folklore. Keduanya mendapat medali emas,” kata Juliarto Joedi Wahjono, pembina Padus Smamda.
Beranggotakan 44 siswa, paduan suara yang diketuai oleh Nisrina Fairuz Mahdiyah membawakan dua lagu sesuai kategori. Lagu Folklore berjudul Luk Luk Lumbu dari Banyuwangi dan Shenandoah dari Amerika dengan konduktor Juliarto Joedi Wahjono. Sedangkan Wasis Setiawan sebagai konduktor lagu Pop Jazz berjudul Greedy.
Syarat untuk kategori Folklore harus menyanyikan lagu rakyat dari negara asal peserta dan dari luar benua. “Agak sedikit kebingungan untuk mencari lagu daerah dari luar benua. Seandainya lagu dari benua Asia mungkin masih banyak yang mengenal seperti lagu dari Filipina, Jepang, Malaysia, Brunei. Tapi kan masih satu benua,” papar pria yang akrab dipanggil Papa Yudi.
Untuk mengatasi kebingungan itulantas diputuskan menggunakan lagu dari Amerika. “Kalau Amerika Serikat kan berbahasa Inggris, jadi tidak masalah bagi anak-anak,” tambah papa Yudi.
Latihan Enam Bulan
Walaupun lomba secara virtual, namun karena ini lomba internasional maka persiapan pun serius. Latihan dan persiapan berlangsung selama enam bulan. Pemusatan latihan dilakukan sejak Januari 2022 hingga Juni 2022.
Rekaman dilakukan selama lima hari di Smamda dan di studio. Lagu Pop jazz rekaman di studio Surabaya selama dua hari. Lagu Folklore rekaman di dua gedung Smamda yaitu Ki Bagus Hadikusuma dan Nyai Walidah selama tiga hari.
Bukan hanya latihan tarik suara dan koreografi, Smamda juga harus puasa. Yaitu puasa dari gawai dan gorengan, harus makan kencur. “Seperti biasa, dua pekan setelah rekaman seluruh anggota sudah tidak puasa lagi dan diperbolehkan menggunakan gadget kembali,” lanjut guru kesenian itu.
Kendala yang ditemui saat rekaman di sekolah banyak gangguan. Mengingat gedung yang digunakan tidak kedap suara dan sekolah tetap aktif, maka selalu terganggu. Suara dari luar masuk ke ruangan, seperti bunyi sepatu orang lewat, suara orang berbicara, ada suara burung, atau tiba-tiba ada suara motor lewat.
“Ini membuat rekaman harus diulang hingga tujuh kali. Miknya sangat peka, sampai suara burung di pohon juga terekam,” kenang papa Yudi.
Berkat kesabaran seluruh anggota akhirnya rekaman dapat diselesaikan dengan baik. Seluruh anggota bersyukur atas kerja keras ini karena diganjar dengan medali emas.
“Alhamdulillah ini menjadi penyemangat bagi kami mulai berkompetisi di luar negeri. Insyaallah Korea atau Thailand,” pungkas bapak dua anak ini.
Penulis Ernam Editor Sugeng Purwanto