PWMU.CO – Sebagai gerakan, Muhammadiyah tidak boleh terhenti kegiatannya oleh hal-hal bersifat teknis administratif dan finasial. Tapi harus terus bergerak agar bisa memberi manfaat bagi kehidupan.
Demikian disampaikan Nadjib Hamid dalam pengarahan Workshop Manajemen Administrasi Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Surabaya, di Hotel News Start, Trawas (18-19/2).
“Ibarat air, kalau mengalir akan bermanfaat bagi kehidupan. Tapi kalau mandeg atau ngendon akan menjadi sumber penyakit. Demikian pula Muhammadiyah, kalau tidak bergerak dan pimpinannya tidak aktif, hampir pasti akan memunculkan konflik,” ujar Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim.
(Berita terkait: Inilah 3 Pilar dan 3 Etos Organisasi yang Harus Ditegakkan Muhammadiyah)
Lebih lanjut, Nadjib mengingatkan agar dalam gerakannya tidak asal bergerak. Tapi dengan manajemen yang baik dan kreatif. Seraya mengutip al-Quran Surat Ali Imran ayat 200, ia menjelaskan bahwa keberhasilan suatu gerakan, setidaknya harus didukung oleh konsep yang matang, terkonsolidasi dengan baik, dan diimbangi dengan spiritualitas yang kuat.
Nadjib menegaskan bahwa tantangan Muhammadiyah terlalu berat jika hanya didekati secara teknis administratif, tanpa diikuti manajemen kreatif. Ia mencontohkan kasus perubahan tata ruang di kota-kota metropolitan.
“Dulu, pusat-pusat dakwah Muhammadiyah Surabaya, berada di tengah kota. Namun seiring perubahan tata kota menjadi kawasan bisnis, banyak warga yang pindah domisli ke pinggiran, atau bahkan keluar dari Surabaya, sehingga aset-aset dakwah tersebut tidak lagi terurus dengan baik,” cerita Nadjib sembari menunjuk kasus masjid Dakwah yang berada di kawasan Jalan Embong Malang, Surabaya.
“Jika kita berpegang pada persyaratan teritorial administratif yang mengharuskan setiap pimpinan harus ber-KTP di lokasi dimaksud, pasti akan sulit menemukan calon terbaik, dan pada gilirannya dakwah Muhammadiyah akan mati,” tuturnya. “Di situlah pentingnya diskresi, atau ijtihad organisasi,” pesan dia.
Dalam konteks pengembangan ranting-cabang misalnya, menurut Nadjib bisa menggunakan asas potensial, bukan teritorial. Ia berharap Muhammadiyah Surabaya periode ini bisa bergerak lebih dinamis, dan diperhitungkan. Bukan hanya menjadi kelompok pinggiran. (Ferry Yudi AS)