Akhlak Utama
Dalam hadits di atas Rasulullah juga mengajarkan tentang akhlak Islam yang paling utama, yaitu menjamin keselamatan dan kedamaian bagi orang lain, yakni orang lain selamat dari bahaya lisan dan tangannya. Hal ini menjadi penyempurna konsep akhlak di atas, yakni kewaspadaan dari tiga hal itu.
Menjamin keselamata merupakan misi dakwah Islam itu sendiri, dan yang paling utama adalah menjamin keselamatan kaum Muslimin dari bahaya lisan dan tangannya. Hal ini berarti Rasulullah mengajarkan untuk kita dapat menjalin ukhuwwah Islamiyyah sebagai seutama-utamanya pergaulan, dan berikutnya barulah menjalin kerjasama yang baik kepada selain kaum Muslimin, karena Rasulullah di utus bukan hanya untuk kaum muslimin.
Bukan malah sebaliknya dengan sesama Muslim saling bermusuhan dan berpecah belah sementara dengan kaum agama lain melebihi rasa ukhuwwah islamiyyah ini. Dengan istilah lain seharusnya kaum muslimin dapat saling menghargai dan menghormati perbedaan, sedangkan dengan agama lain haruslah bersikap tegas karena jelas adanya perbedaan yang prinsip baik dari sisi akidah maupun syariah.
Makna Hijrah
Sebagaimana dalam hadits di atas Rasulullah di tanya tentang hijrah yang terbaik. Beliau menjelaskan bahwa hijrah terbaik adalah hijrah dari apa yang tidak disukai atau dibenci oleh Allah. Apa yang dibenci oleh Allah sesungguhnya semua yang akan membawa dampak negative bagi pelakunya mupun orang lain.
Oleh karena itu setiap Mukmin wajib mengetahui tentang apa saja yang termasuk dibenci oleh Allah dalam rangka menjauhinya, dan mengetahui hal yang disukai oleh Allah dalam rangka melaksanakan dan menegakkanya. Tanpa mengetahui dua hal tersebut maka seseorang itu akan berbuat sesuai dengan keinginan hawa nafsunya semata, dan kebenaran itu adalah apa yang sesuai dengan hawa nafsunya itu.
Dua Macam Hijrah
Dalam hadits di atas Rasulullah memberitahukan tentang dua macam hijrah yaitu hijratul hadhir dan hijratul badi. Hijrah badi adalah ketika diseru maka ia taat melaksanakannya, sedangkan hijrah hadhir adalah pahalanya lebih besar dari itu, yaitu hijrah dalam rangka menjalani ujian yang sangat berat dengan bersegera tetap menjalankan ketaatan. Dalam perintah jihad seorang yang hijrah badi selalu taat terhadap perintah amir dan tidak menolaknya, sedangkan hijrah hadlir mereka akan mendatangi dengan bersegera dan penuh semangat walaupun keadaan sangat susah dan berat.
Ketaatan merupakan anugerah, sehingga semakin kuat ketaatan seseorang maka hal itu merupakan anugrah yang kemudian tidak disalah artikan menjadi kebanggan diri. Bagi seorang Mukmin anugrah merupakana amanah, maka semua itu akan disikapi dengan biasa-biasa saja dan tetap menjaga ke-amanah-annya. Ia sangat tahu bagaimana cara menjauhi riya atau ingin dipuji terselubung, yakni riya’ tetapi tanpa merasa riya’. Wallahu a’lam bishshawab. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni
Dua Macam Hijrah, Ini yang Pahalanya Besar, adalah versi online Buletin Jumat Hanif Edisi 31 Tahun XXVI, 29 Juli 2022/30 Dzulhijjah 1443