Sejarah Peradaban Islam
Sementara, Kiai Saad menceritakan tentang sejarah awal peradaban yang dimulai oleh bangsa Yunani hingga peradaban pada era kejayaan peradaban Islam, yang dikenal sebagai the golden age historis. Kemudian, tentang sejarah kemajuan paradaban barat pasca perang salib.
Mantan Dosen UIN Maliki Malang menjelaskan, peradaban Yunani terbagi menjadi dua. Yakni, peradaban Athena yang dibangun oleh para filosof. Sedangkan, di Sparta peradaban yang dibangun adalah peradaban kekuasaan.
“Pikiran filosofi dan karya-karya Yunani juga sampai para pemikir muslim. Bahkan, karya para filosof Yunani bisa terselamatkan karena banyak ditulis dalam bahasa Arab,” terangnya.
Tapi, Saad menegaskan, dunia Islam tidak sekedar mengambil an sich peradaban para filsuf Yunani. Sebab, Islam memasukan dimensi teologis di dalamnya. “Literasi yang sudah dihasilkan ole peradaban Yunani diberi dimensi teologis. Iqra’ bismirabika, bacalah dengan nama tuhanmu,” ungkapnya.
Selain itu, lanjut dia, ketika di Madinah, Nabi Muhammad SAW juga mampu menyatukan kekuasan dan dimensi teologis. “Ketika di Madinah kekuasaan sudah dipegang oleh Nabi. Sebagai rois daulah. Sehingga kekuasaan memiliki dimensi teologis,” urainya.
Setelah era kejayaan peradaban Islam bertahan selama ribuan tahun, akhirnya kemajuan peradaban berganti ke dunia barat. “Masyarakat barat telah belajar dari dunia Islam selama perang salib. Akhirnya, peradaban mereka maju. Sayangnya mereka menanggalkan aspek teologis. Sehingga mereka menjadi masyarakat sains. Itu pula yangmenandai berakhirnya the golden age historis Islam,” ceritanya.
Maka, Saad menegaskan, jika peradaban Indonesia ingin baik, maka harus memasukkan dimensi teologis di dalamnya. Sebab, sila pertama Pancasila adalah Ketuhanan YME. “Mari peradaban bangsa ini kita bangun berdasarkan nilai teologis,” pintanya.
Saad menegaskan, dirinya mendukung rencana pengucapan sumpah peradaban Indonesia yang digagas oleh GPI. Namun, Muhammadiyah tidak akan ikut serta mengucap sumpah peradaban. Pasalnya, soal membangun peradaban dan juga soal moralitas serta menjaga amanah, Persyarikatan Muhammadiyah sudah mempunyai komitmen kuat untuk itu sejak pendirinya.
Ia lalu mencontohkan, ketika banyak orang di negeri ini tidak amanah dengan melakukan korupsi, misalnya, Muhammadiyah tidak melakukan. “Ini adalah salah satu peradaban yang kita bangun untuk Indonesia,” ungkapnya.
Ia menyatakan, hal utama yang bisa menghancurkan sebuah peradaban bangsa ada sebuah kedzaliman. “Yang akan menghancurkan peradaban itu ketika kedzaliman merajalela. Apalagi ditangan kekuasaan yang zalim,” ujarnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni